Musik dan Manusia

Musik Dan Peradaban Manusia
Musik telah menjadi bagian dari kehidupan manusia baik dalam aktifitas  sakral maupun profan, ia memiliki daya magis yang mampu menghipnotis, oleh karenanya musik memiliki peran yang sangat penting sepanjang sejarah manusia. Sebagai produk kebudayaan, musik tidak dapat dipisahkan dari masyarakat karena musik adalah presentasi gagasan manusia sebagai individu maupun masyarakat. Ia adalah ungkapan rasa, ekspresi dan indikator eksistensi manusia. Musik diciptakan bukan hanya untuk dinikmati keindahannya saja, melainkan juga dijadikan sarana mengungkapkan rasa kekaguman manusia pada Sang Pencipta Alam, Yang Maha Tinggi. Ia menjadi ibadah, ritual keagamaan dalam konteks kepercayaan masa lalu. Dalam peribadatan kuno, musik sangat urgen, ia jembatan yang mampu mengerakkan manusia yang lainnya menjadi satu-rasa, oleh karenanya dikatakan mampu membangun daya magis. Hal itu dapat kita rasakan bahkan hingga masa sekarang, puji-pujian, doa-doa diucapkan dengan merdu bukan semata-mata untuk keindahan saja, melainkan membangun kekhusyukan ibadah. Telah banyak kita lihat di berbagai umat beragama dalam peribadatannya, di dalamnya kita temukan banyak unsur musik, murrậtal, azan, qira’at, pembacaan mantera, hymne dan Sebagainya.
Musik semakin terus berkembang layaknya kehidupan manusia, tidak hanya di tataran ritual sakral, musik menjadi dirinya sendiri dalam tataran disiplin ilmu dan kesenian dan menjadi pembahasan khusus sejak era Pythagoras. Sebagai karya, manifestasi  perasaan manusia terhadap apa yang dihadapi dalam kehidupannya. Pada wilayah kesenian serius  (terdapat dua kategori idealisme dalam kesenian) bahwa karya seni, termasuk musik, adalah kritik bagi kehidupan, ia juga potret dari kehidupan, ada yang bersifat temporal, terikat oleh waktu dan tempat tertentu saja seperti halnya musik pop, ada juga yang abadi sebagaimana tercermin dalam kesenian tradisional bangsa-bangsa di dunia, di dalamnya tersimpan nilai-nilai estetika dan etika yang selanjutnya kita kenal dengan istilah local wisdom atau “kearifan lokal” yang universal dan menjadi dasar atas gagasan serta perilaku suatu bangsa. Ia mampu merasuki jiwa dan membangkitkan perasaan hingga mempersatukan bangsa-bangsa, ia memiliki sifat universal, bahasa musik adalah bahasa yang bisa dimengerti oleh semua suku bangsa, ia juga mampu menjembatani manusia secara lahir dan batin, dari segi ekonomi dan mata pencaharian ia juga produk peradaban yang bisa diperjualbelikan dalam rangka mensejahterakan manusia melalui jalan industri seperti pada masa sekarang. Tetapi ia  juga mampu menjadi perusak, yaitu ketika musik semata-mata hanya menjadi barang komoditi yang kurang berisi, ketika orang tidak lagi memasukkan nilai kitik, seruan dan semangat perbaikan, hanya untuk mendulang uang, maka ia akan menjadi senjata yang membunuh manusia karena semakin terjauhkan dari nuraninya, dari nilai-nilai, beralih pada pencapaian materi semata.
Musik adalah obyek, ia bisa dijadikan apa saja tergantung bagaimana manusia memperlakukannya. Sebagaimana karya-karya seni lainnya, juga produk-produk kebudayaan lainnya, tidak hanya seni. Bahwa seringkali manusia menjalankan hidupnya terfokus pada satu cita-cita saja, kekayaan materi saja, meninggalkan hati-nuraninya dengan pola pikir dan perilaku yang luhur, sarat dengan nilai-nilai keberbudayaan maupun beragama, dan bukan hanya dalam pembicaraan saja, dalam gagasan saja. Nilai-nilai itu harus diejawantahkan oleh seluruh elemen masyarakat, termasuk para pemimpin masyarakat.
Dahulu kala, para pemimpin masyarakat memiliki budi yang luhur dan mulia sehingga masyarakat memberinya gelar, orang Mesir, Yunani, Cina, menganugerahi mereka gelar Dewa, di Nusantara dengan Sanghyang, Batara, Ratu, dan sebagainya. Mereka percaya bahwa para pemimpin itu adalah utusan Tuhan, perilaku dan perkataannya adalah kalimat Tuhan. Ratu adalah hukum. Oleh karenanya, para pemimpin itu bukan sekedar pemimpin secara politik, melainkanjuga secara spiritual. Nabi Muhammad SAW tidak hanya memimpin saat shalat sebagai imam, melainkan juga seorang perwira sekaligus hakim, dan sebagainya.
 Mulai dari Presidan, Gubernur hingga para pembantunya, adalah pemimpin, mereka dijadikan contoh  bagi rakyatnya. Sikap para pemimpin dan pejabat negara merupakan hukum, jika tidak sesuai dengan hukum dan nilai-nilai, maka harus dikenai “hukum”, kondisinya kini  terbalik. Hal semacam itu sudah berlaku di negeri ini, kejatuhan moral dan etika sudah terjadi di seluruh dimensi, seolah-olah kebudayaan telah tercerabut dari masyarakatnya, seringkali religiusitas menjadi retorika untuk menyembunyikan keserakahan.
Bahwa manusia akan selalu berusaha membuat hidupnya lebih baik, artinya manusia selalu membangun dirinya sendiri, merubah sendiri nasibnya, melalui pembangunan, dan pembangunan harus berlandaskan pada fitrah, yaitu manusia sebagai makhluk sosial, makhluk berbudaya, dan makhluk yang membutuhkan Tuhan (peribadatan). Hanya manusialah makhluk yang mampu melakukan perubahan karena memiliki daya cipta, ide/gagasan. Manusia yang tidak berbudaya adalah mansuia yang terlepas dari sifat-sifat sosialnya, menjadi individualistis, hatinya akan dipenuhi keserakahan dan permusuhan karena merasa terus kekurangan karena kesalahan orientasi dalam menentukan cita-cita. Sangat banyak bangsa semacam ini dan telah menjadi contoh dimana semula berjaya kemudian terjungkir oleh keserakahan dan kedengkiannya sendiri, merasa paling berkuasa dan menjadi sombong dengan kekuasaan dan kekayaanya, sudah banyak diceritakan dalam kitab-kitab suci, babad, sejarah maupun dongeng dan legenda.
Kita pernah disuguhi kisah Suråqåh, Qarun, Fir’aun, Malin Kundang, Dampu Awang, dan sebagainya. Oleh karenanya, pembicaraan tentang seni bukanlah semata-mata sekedar membicarakan hiburan, atau tentang ilmu seni itu sendiri, melainkan kita harus memandangnya sebagai satu kesatuan kehidupan manusia, kehidupan yang didasari nilai-nilai, yang membuahkan gagasan dan tercermin dalam perilaku. Gambaran seperti apa gagasan dan laku manusia itu dapat mencerminkan nilai dan kualitas manusia itu dalam suatu bangsa, sebagai indikator identitas bangsa, apakah terlepas dari koridor etika serta nilai-nilai kemanusiwiannya atau tidak. Memang berat jika kita memandang bahwa kegiatan “berkarya seni” jadi terbebani oleh nilai-nilai kehidupan, ini dikarenakan karya seni adalah manifestasi kehidupan itu sendiri, dan karya seni yang seperti inilah karya yang orisinal, asli dan tidak terlepas dari kehidupan,  sementara itu, kualitas hidup manusia juga dapat dinilai berdasarkan sejauh mana peranannya dalam masyarakat.
Sudah saatnya untuk memulai ke arah sana, karena selama ini, baik kebijakan politik maupun  ekonomi yang seharusnya membawa kesejahteraan rakyat, justeru semakin menjauhi rakyat, kesenjangan semakin lebar. Sudah saatnya kembali pada hati nurani. Maka melalui buku ini, bukan hanya misteri pelog dan slendro saja yang akan terungkap, baik dari segi sejarah, mitos, maupun ilmiah. Akan tetapi hendaknya kita juga bisa mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa yang melatar-belakanginya, memahami peradaban dan kebudayaan yang melandasi semua produk-produknya, dan dengan demikian semoga kita mampu membuka mata dan menyadari akan “siapa kita”, semoga dengan terungkapnya misteri ini tidak membuat kita berbesar kepala pula, karena kebesaran yang kita punya merupakan tanggung jawab besar pula.
Mengungkap rahasia pelog dan slendro tidak lain berarti mengungkap rahasia musik tradisional. Musik tradisional Indonesia yang “eksotik”, fenomenal dan historik adalah gamelan. Perbincangan mengenai gamelan berikut sejarahnya, baik oleh orang Indonesia sendiri maupun dari mancanegara, selalu dimulai dari pulau Jawa dan Bali. Pengaruh gamelan sangat kuat bagi musik-musik tradisional di seluruh Nusantara. Secara khusus, pelacakan asal-usul gamelan justeru membawa kita menyusuri pulau Jawa, dan menariknya kita dituntun ke arah barat pulau Jawa, yaitu Banten.
Persoalan mengapa pelog dan slendro mesti membicarakan gamelan juga, hal ini karena pelog dan slendro adalah tangga nada yang digunakan dalam  gamelan. Di Jawa Barat gamelan sering dikaitkan dengan sebutan “gamelan degung”, dan ada juga yang menyebutnya “gamelan gending”, pada prinsipnya sama saja yaitu gamelan. Perbedaan keduanya berdasarkan pemakaian di masyarakat suku bangsa yang berbeda, tidak ada perbedaan secara prinsipil, namun sebagai pedoman, gamelan Jawa dimainkan dengan tempo lambat, gamelan Sunda dimainkan dengan cepat, sedangkan Bali dimainkan lebih cepat lagi serta penggunaan dinamika –keras dan lunaknya nada dibunyikan- yang tajam.
 Menurut catatan-catatan moderen, pada awal keberadaannya, gamelan hanya digunakan di keraton-keraton/istana kerajaan, permainan gamelan merupakan manifestasi atas kekaguman dan rasa terimakasih kepada Yang Maha Kuasa, bunyinya merupakan misteri, yang mampu membangkitkan rasa “agung”, “syahdu”. Pada perkembangannya kemudian gamelan menjadi sarana hiburan, misalnya pada penyelenggaraan pesta panen, pernikahan, khitanan, dan sebagainya. Perubahan ini ditandai dengan adanya perpindahan tangan kepemilikan gamelan dari para bangsawan kepada masyarakat biasa. Ini terjadi pada era kolonial, seiring dihapuskannya kerajaan-kerajaan atau kesultanan-kesultanan, dimana pada istana-istana yang memiliki gamelan, berpindah tangan pula. Sejak saat itu pulalah dua kebudayaan Timur dan Barat bersentuhan, orang timur mengenal biola, dan orang Barat mengenal gamelan.
Tetapi jauh sebelum itu, musik yang merupakan produk kebudayaan dimana pemunculannya beriringan dengan pemunculan suatu bangsa, telah tumbuh di berbagai tempat di dunia dan menjadi bagian dari sejarah dan peradaban bangsa-bangsa di dunia. Sementara itu, sejarah manusia berasal dari satu orang, yaitu Adam a.s., sebagaimana seluruh agama samawi mengakuinya, demikian pula dalam berbagai mitologi di dunia, khususnya pada masyarakat Baduy, mereka percaya bahwa manusia pertama adalah Adam, meski kita mencurigai pemahaman itu atas dasar masuknya pengaruh agama Islam.
Kemajuan peradaban manusia dipicu oleh munculnya gagasan-gagasan, gagasan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman yang biasanya muncul dari alam bawah sadar, dan mengingat-ingatnya berarti mengingat pengalaman nenek moyangnya, demikian menurut Carl Jung. Artinya, peradaban manusia berawal dari satu sumber, dan dengan demikian, ada satu titik temu antara pembahasan asal-usul musik terkait dengan asal-usul manusia oleh karena keduanya muncul hampir bersamaan. Cabang-cabang keturunan manusia pertama itu mewariskan sifat-sifat nenek moyangnya, serta menemukan metode-metode inovatif dari cara-cara sebelumnya. Demikian pula dalam seni musik, di berbagai bangsa telah mengenal tangga nada pentatonik, baik pola slendro maupun  pelog, serta terdokumentasikan dalam bentuk alat musik yang berbeda-beda pula sesuai dengan kondisi dan kekayaan alamnya masing-masing. Di Afrika terkenal dengan Balafon, Marimba, kalimba, dan sebagainya, dan di Yunani pada era pra Aristoxenus dan Pythagoras dikenal tangga nada anhemitonik sebagai tangga nada tradisional mereka, dibuktikan pada alat musik lyra. Pada era Pythagoras,  anhemitonik berkembang menjadi diatonis berdasarkan teori tetrachord 1 dan tetrachord 2 (Ammer, 2004:146).
Kemudian di era 1900an hingga sekarang, musik telah menjadi industri yang menggiurkan, banyak bermunculan grup-grup musik baik berupa band maupun grup vokalis, orkestra, lembaga-lembaga pendidikan musik, dan tentu saja perusahaan rekaman. Tidak hanya itu, musik menjadi sarana terapi, pendidikan, dan stimulan bagi pertumbuhan otak janin. Aristoteles menyatakan bahwa “musik mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi rekreatif dan menumbuhkan jiwa patriotisme.”[1]
 2.      Pengertian Musik
Jika kita memandang musik sebagai ilmu, maka kita patut mempertanyakan apakah musik itu? Istilah musik jika diambil dari bahasa Yunani adalah “Mousiké”, kemudian ditransformasikan melalui bahasa Latin menjadi “Musica”. Istilah ini merujuk kepada “ilmu mengaransemen melodi”, dalam bahasa Arab disebut “‘ilm al-musiqi” sebagai terjemahan dari Yunani yang merujuk untuk musik secara teori, meskipun orang Arab sendiri menyebutnya sebagai  “’Ilm al-Ghinaa” yang telah terangkum secara empiris pada kebudayaan Arab.[2]
Secara teknis, musik dibangun oleh beberapa unsur. Diantaranya adalah bunyi, yaitu getaran yang dapat ditangkap oleh organ telinga manusia, yang selanjutnya disebut “nada”.[3] Dave Benson kemudian menyebutkan, musik itu adalah getaran udara, dan udara adalah gas yang terdiri dari atom dan molekul, penambahan dan pengurangan tekanan terhadap molekul inilah yang menyebabkan adanya perbedaan getaran (dan diinterpretasikan sebagai bunyi, pen), dalam kondisi temperatur normal, molekul udara bergerak atau bergetar dengan kecepatan 450 sampai dengan 500 meter per detik[4].
Lantas, apakah dengan demikian segala sesuatu yang berbunyi dapat dikatakan sebagai musik?
Untuk menjawabnya, mari kita perhatikan unsur musik lainnya, yaitu durasi (note value, time), yaitu waktu yang dihabiskan dalam membunyikan nada, atau maksudnya “seberapa lama nada itu dibunyikan”. Ada nada yang dibunyikan sebentar, bahkan kurang dari satu detik, ada yang lebih, bahkan ada yang lebih lama lagi.
Unsur lainnya adalah harmoni,  pembahasan mengenai hal ini sebenarnya berada pada tingkat polifonik, termasuk pembahasan tingkat lanjutan, yaitu mengenai memainkan lebih dari satu nada dalam waktu bersamaan. Misalnya pada piano, sementara jari jempol membunyikan “do” jari tengah membunyikan “mi”. Antara nada mi dan do dikatakan harmonis jika pasangan nada tersebut terdengar nyaman di telinga – meski hal ini bersifat relatif, tergantung tingkat apresiasi pendengar, seringkali seseorang tidak nyaman dengan harmoni tersebut, tetapi orang lain merasa nyaman-.
Boleh dikatakan bahwa harmonisasi adalah kesesuaian antara nada yang satu dengan yang lainnya. Lazimnya, kesesuaian dimaksud mengacu pada serangkaian nada dalam satu “keluarga”, yaitu antara nada yang satu dengan nada yang lainnya masih berada dalam satu  tangga nada yang sama. Selanjutnya paham ini mengalami perkembangan dan aturannya semakin melebar. Baik melodi solo, duet, trio, kwartet, dan seterusnya. Kesesuaian pemasangan nada ini akan berpengaruh pada kenyamanan pendengaran, keadaan inilah yang dikatakan harmonis. Sebaliknya,  pemasangan nada yang tidak sesuai berpengaruh pada ketidaknyamanan pendengaran (dissonant). Tetapi pada akhirnya hal tersebut tergantung pada bagaimana musisi menginginkannya, toh pada perkembangan selanjutnya,  nada-nada dissonant[5] telah digunakan juga sejak era musik klasik terutama pada komposisi-komposisi Frederick Chopin hingga pada era jazz. Pada masa ini nada-nada dissonant begitu banyak digunakan sehingga menjadi ciri khas, akhirnya pada masa kini istilah dissonant jarang digunakan.
Dari sini penulis berpendapat bahwa pembicaraan musik harus dimulai dari tataran teknis, penulis memandang bahwa secara teknis, unsur utama dalam dunia musik adalah nada. Telah dikatakan bahwa nada adalah bunyi, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh getaran suatu benda, resonansi yang dihasilkan menimbulkan efek suasana pada hati seperti dikatakan Aristoteles.
Seorang musisi, secara teknis akan memahami perihal tangga nada beserta intervalnya. Musisi yang sudah terkenal sekalipun, akan mengacu pada aturan ini. Oleh karena itu, nada perlu dibicarakan sebagai peletak dasar pembahasan ini, meskipun agak masuk ke dalam tataran teknis, penulis akan berusaha menyampaikannya secara sederhana dan tuntas.
Selanjutnya, penulis akan membahas di seputar musik pentatonis, yang berarti akan berbicara  dua hal, yaitu pentatonis dengan pola pelog dan pentatonis dengan pola slendro. Juga akan membicarakan alat-alat musik yang menggunakan tangga nada pentatonis, selndro maupun pelog terkait penggunaannya di masyarakat. Tentu saja akan membahas pula tentang jenis-jenis kesenian yang berada di wilayah Banten serta keterkaitannya dengan alat musik dan tangga nada yang mereka gunakan.
Pembahasan sejarah musik pentatonis, baik dari segi nada, maupun alat musiknya, keterkaitan peradaban manusia dengan musik yang diproduksinya, telah banyak dibicarakan. Secara umum dinyatakan bahwa kemunculan musik bersamaan dengan kemunculan makhluk yang bernama manusia. Hal ini tentu akan berbicara juga di seputar timbul-tenggelamnya suatu peradaban, berdasarkan literatur, bukti-bukti sejarah baik dalam karya sastra lisan, tekstual, maupun artefak.
Dari sini, penulis mencoba membuka wacana baru, bahwa keterkaitan sejarah musik pentatonik dengan sejarah peradaban manusia sangat erat, sehingga bisa diasumsikan bahwa musik penatonik berasal dari suatu tempat yang terpusat, lalu menyebar ke seluruh belahan bumi menjadi musik tradisional di negeri-negeri lain di dunia, yang pada akhirnya berkembang menjadi musik klasik, dan menjadi musik moderen seperti yang kita nikmati sekarang. 
 
 sumber: http://www.nimusinstitute.com/musik-dan-manusia
 

0 komentar:

Bohong dan Curang Justru Pengaruhi Kreativitas Seseorang

PERNAH mendengar ungkapan ‘aturan ada untuk dilanggar’ yang diucapkan seseorang? Ternyata ungkapan itu menjadi akar kreativitas dan tindakan curang.
"Peraturan ada untuk dilanggar adalah akar dari dua hal ini, yakni kreatif dan perilaku tidak jujur. Sebab kenyataannya kreativitas dan ketidakjujuran dalam kehidupan sehari-hari memang bisa melanggar aturan," kata ketua peneliti Francesca Gino, seperti dilansir laman NY Daily News, Minggu (27/4).
Gino dan rekannya, Scott Wiltermuth dari Marshall School of Business di University of Southern California melakukan beberapa percobaan yang memungkinkan peserta untuk berbuat curang. Pertama, peserta diminta menemukan dua angka agar berjumlah sepuluh. Mereka diberi tahu bahwa semakin banyak matriks yang diselesaikan semakin besar hadiahnya.

Pada percobaan ini, peserta diberi kesempatan untuk melakukan berbagai cara menjumlahkan tanpa menyadari bahwa kinerjanya sedang dilacak. Kemudian, pada percobaan kedua, peserta diberi tiga kata lalu diminta mencari kata keempat yang berhubungan dengan tiga kata itu. Percobaan ini untuk mengukur kreativitas peserta.
Sebagaimana hasil penelitian yang dipublikasikan jurnal Psychological Science, Gino dan Wiltermuth menemukan hampir 59 persen pertisipan mengaku sudah menyelesaikan matriks dengan jumlah yang lebih besar dari sebenarnya. Nah, para 'penipu' ini ternyata juga lebih banyak menyelesaikan tantangan di percobaan kedua. Oleh karena itu, Gino dan Wiltermuth mengatakan ada keterkaitan di antara kreativitas dan ketidakjujuran.

"Penelitian kami meningkatkan kemungkinan mengapa ketidakjujuran meluas di masyarakat sebab saat ini dengan tidak jujur kita jadi lebih kreatif. Nah, kreativitas ini memungkinkan kita untuk melakukan pembenaran terhadap perilaku kurang bermoral yang kita lakukan," kata Gino.
Meski demikian, Gino sangat menyarankan seseorang untuk menghindari ketidakjujuran. "Kami juga terus mengamati bagaimana orang bereaksi terhadap kecurangan yang sifatnya kreatif atau tidak biasa. Ditambah dengan apa sebenarnya dampak dari ketidakjujuran ini bagi kehidupan seseorang," pungkas Gino.(fny/jpnn)

0 komentar:

Inikah 10 Destinasi Pulau Terindah di Dunia?

Shutterstock Perahu di perairan Phi Phi, Thailand.

WALAUPUN Indonesia memiliki belasan ribu pulau dan mayoritas masih belum terungkap keindahannya, tidak ada salahnya Anda mencoba 10 pulau di luar Indonesia berikut ini. Pulau-pulau ini menawarkan berbagai macam keunikan untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani Anda pada saat berlibur.

Kepulauan Laut Andaman, Thailand

Kepulauan yang berada di wilayah Ao Nang, Thailand ini sempat hancur ketika terhantam gelombang tsunami pada tahun 2004 lalu. Sekarang kepulauan tersebut sudah kembali dengan keindahannya yang dulu. Pulau Phi Phi yang keindahannya pernah terekspos pada film The Beach merupakan sebuah surga tropis dengan pantai pasir putih yang dapat memanjakan mata Anda.

Pulau Nantucket, Amerika Serikat

Pulau Nantucket dulunya menyandang predikat sebagai pulau terkaya di Amerika yang mengandalkan profit dari jual beli minyak ikan paus. Pulau unik ini menyimpan berbagai atraksi turis, seperti Altar Rock dan pantai Madaket.

Pulau Saba, Belanda

Saba adalah salah satu dari lima pulau Antillen Belanda (sekarang telah bubar dan menjadi kotamadya khusus negara Belanda) di kepulauan Karibia. Di sana terdapat sebuah desa yaitu desa Windwardside yang memiliki populasi sekitar 1500 orang. Keindahan desa tersebut juga dapat dilihat dari puncak gunung Scenery. Uniknya, di desa tersebut mayoritas populasinya memiliki nama keluarga yang sama, yaitu Hassell.

Kepulauan Canaria, Spanyol

Pada awalnya, kepulauan Canaria ditemukan oleh para imigran Eropa yang tengah mencari kehangatan di wilayah dengan intensitas matahari yang lebih tinggi. Di salah satu pulaunya, yaitu Pulau Tenerife, terdapat salah satu puncak termegah Eropa di Gunung Teide. Di kepulauan tersebut Anda bisa menyaksikan ikan-ikan paus atau berlayar ke pulau Gomera yang merupakan tempat singgah terakhir Columbus sebelum ia menemukan Amerika.

Pulau Fair, Skotlandia

Di Pulau Fair, Anda akan menemukan sedikit sekali penduduk karena pulau tersebut adalah pulau yang paling terisolasi di Britania Raya. Dengan populasi berjumlah sekitar 70 orang, Pulau Fair merupakan habitat bagi ratusan ribu jenis burung. Tidak heran jika Pulau Fair adalah surga bagi para pengamat burung.

Kepulauan Lord Howe, Australia

Untuk mencapai kepulauan tersebut, Anda dapat menempuh perjalanan selama 2 setengah jam dengan menggunakan pesawat atau berhari-hari dengan perjalanan laut sambil menikmati laut Tasman. Pulau yang ditinggali sekitar 400 orang itu merupakan pulau koral paling selatan di dunia.

Pulau Capri, Italia

Apabila Anda ingin melihat keindahan negara Italia dari sudut pandang berbeda, maka datanglah ke pulau Capri. Dari puncak tertinggi di pulau Capri, Anda dapat melihat gunung merapi Vesuvius dari sisi lain dan juga pesisir Italia beserta berkilaunya lautan. Keunikan lain di pulau Capri yaitu balkon-balkon bangunan yang berwarna-warni. Cukup indah sebagai konsumsi mata.

Shutterstock Seorang anak tengah berenang di pantai kawasan kepulauan Scilly, Inggris.
Kepulauan kecil Scilly, Inggris

Sebuah kepulauan di barat daya peninsula Cornish, Inggris. Dari banyak pulau kecil di sana, hanya lima pulau yang berpenduduk. Sisanya merupakan pulau-pulau tak berpenduduk dengan banyak pantai dan batuan karang yang cantik.

Kepulauan Channel, Amerika Serikat

Walaupun Kepulauan Channel sebenarnya sangat dekat dari daratan California, tidak banyak orang yang mencoba untuk mengunjungi kepulauan tersebut. Dari pelabuhan Los Angeles, Anda dapat menggunakan kapal feri selama dua jam untuk mencapai pulau terbesarnya yaitu Santa Catalina.

Pulau Tahiti, Polinesia Perancis

Keindahan Pulau Tahiti memang sudah tidak asing bagi para pelancong. Bandara international hingga hotel bintang 5 dengan pemandangan laut sudah bertebaran di Pulau Tahiti. Walaupun begitu, pulau tersebut masih merupakan salah satu pulau terbaik dengan suguhan fenomena alamnya yang menarik seperti laut yang biru hingga puncak gunung yang tersentuh awan.

(Sumber: travel.nationalgeographic.com)

1 komentar:

Memandang Keelokan Patung Lilin Singapore Girl

ARSIP SINGAPORE AIRLINES Patung lilin Singapore Girl diluncurkan Rabu (4/3/2015). Model patung lilin tersebut adalah Nur Surya Binti Mohammad Ambiah, seorang pramugari Singapore Airlines yang bergabung pada tahun 2007.

Madame Tussauds Singapura dan Singapore Airlines, Rabu (4/3/2015), meluncurkan patung lilin Singapore Girl yang merupakan salah satu ikon terkenal Singapura.

Model patung lilin tersebut adalah Nur Surya Binti Mohammad Ambiah, seorang pramugari Singapore Airlines yang bergabung pada tahun 2007 namun berhenti karena alasan keluarga pada 2011. Kemudian Nur bergabung kembali dengan Singapore Airlines pada 2012.

“Kami sangat senang membuat patung lilin Singapore Girl yang merupakan ikon global dan melambangkan kesopanan dan keramahan. Singapore Girl telah terkenal di seluruh dunia dan kami ingin menampilkannya sebagai bagian atraksi kami guna menampilkan yang terbaik dari Singapura,” ujar Sharon Wong, Marketing Manager, Madame Tussauds Singapura, dalam siaran persnya kepada Kompas Travel.

Menurut Marvin Tan, Singapore Airlines Senior Vice President Cabin Crew, Singapore Girl dengan sarung kebayanya yang khas, adalah ikon global dan merupakan salah satu sosok yang secara mudah dapat dikenali di seluruh dunia.

"Singapore Girl tidak mudah hilang dari ingatan dan merupakan sosok yang menarik baik untuk anak muda maupun orang tua. Kontribusinya kepada brand SIA tidak ternilai dan kami amat senang melihatnya tampil di Madama Tussauds Singapura,” kata Marvin.

Patung lilin ini merupakan patung lilin kedua dari Singapore Girl yang dibuat oleh Madame Tussauds. Sebelumnya, patung lilin pertama di buat pada tahun 1993 dengan model Lim Suet Kwee. Lim yang saat ini adalah Assistant Manager for Crew Performance, memainkan peran penting dalam proses seleksi untuk memilih patung lilin Singapore Girl yang baru ini.

Beberapa pertimbangan dalam proses seleksi adalah sang model haruslah mempresentasikan karakteristik Singapore Girl, seperti keelokan Asia, keramahan dan komitmen dalam layanan. Faktor-faktor lainya termasuk keberanian dan kepercayaan diri untuk tampil.

Madame Tussauds adalah salah satu tujuan wisata terpopuler yang mampu menarik jutaan pengunjung seluruh dunia tiap tahun. Atraksi Madame Tussauds menampilkan patung lilin para selebriti terkemuka Singapura, serta para selebriti internasional dari seluruh dunia. Madame Tussauds Singapura berlokasi di Imbiah Lookout di Pulau Sentosa dan berdiri berdampingan dengan Image of Singapore LIVE yang sekarang terbuka untuk umum. (*)

0 komentar:

Berani Kunjungi Museum Mayat Ini?

Reuters/Stefanie Loos Koleksi tubuh manusia yang diawetkan karya anatomis Jerman, Gunther von Hogens di Museum Berlin, Selasa, (17/02/2015)

Sebuah museum dengan koleksi mayat yang dikuliti dan diawetkan untuk menunjukkan kompleksitas tubuh manusia baru saja dibuka di Berlin. Seorang ahli anatomi, Gunther von Hagens dan istrinya, Angelina Whalley adalah orang yang menggagas museum.

Museum yang baru diresmikan pada Rabu (18/02/2015), penuh dengan mayat yang disuntikkan karet silikon dan resin yang dikenal dengan proses “plastinasi”. Gunther dijuluki sebagai “Dr Death” atau "dokter kematian". Ia pernah mengadakan pameran kontroversial “Body Worlds” dengan cara berkeliling dunia sejak tahun 1995 dan menarik sekitar 40 juta pengunjung.

Berlin saat ini menjadi tempat permanen pertama untuk pameran Gunther dan istrinya. Museum terletak di depan menara televisi Berlin di Alexanderplantz. Luasnya mencapai 1.200 meter persegi.

Di dalam museum, terdapat 20 mayat yang dikuliti sehingga tampak otot, organ, pembuluh darah, dan tulang. Koleksi itu disusun dalam pose manusia hidup seperti duduk, peregangan, dan melakukan olahraga.

Whalley mengatakan dengan mendatangi pameran, pengunjung dapat mendapatkan perspektif baru pada tubuh dan gaya hidup. “Setelah mengunjungi pameran, beberapa orang mengatakan bahwa mereka tidak akan menyepelekan tubuh mereka lagi,” katanya seperti yang dikutip dari Reuters.

Ia menambahkan bahwa survei terhadap pengunjung yang dilakukan enam bulan setelah mengunjungi pameran membuktikan bahwa 9 persen telah berhenti merokok, 23 persen melakukan lebih banyak olahraga, dan 30 persen makan lebih sehat.

Namun tidak semua orang di Berlin tertarik dengan ide memamerkan mayat secara terbuka di kota. Museum harus menghadapi oposisi dari pemerintah daerah yang menyatakan bahwa pameran ini melanggar hukum undang-undang pemakaman lokal dan larangan memamerkan tubuh, yang berujung pada percobaan untuk melarang pameran pada bulan Oktober lalu. Gunther memenangkan kasus ini.

Beberapa pengunjung melihat pameran koleksi mayat ini sebagai bagian dari karya seni, seperti Detlef von Wagner, pria berusia 61 tahun yang setuju tubuhnya diproses plastinasi setelah ia mati. Detlef menuturkan bahwa ia tidak ingin hanya membusuk atau terbakar. Baginya, plastinasi adalah seni. Orang-orang membayar untuk melihat tubuh Anda di sebuah pameran

“Keinginan untuk tetap hidup setelah mati membuat saya ingin melakukannya. Apalagi tidak ada orang yang perlu membayar untuk pemakaman saya, ide bagus bukan?” ungkapnya.

0 komentar:

Indonesia Ikut Pameran Seni Rupa di Italia


Indonesia turut dalam pameran seni rupa "55th International Art Exhibition of the Venice Biennale" atau yang lebih dikenal dengan "The Venice Biennale 2013" di Kota Venice, Italia.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Elka Pangestu dalam keterangan persnya di Jakarta, Selasa (16/7/2013), mengatakan, pihaknya turut melakukan kunjungan kerja ke Italia, khususnya ke Paviliun Indonesia yang tampil di acara pameran itu.

"Yang paling penting adalah peningkatan citra Indonesia sebagai negara yang memiliki kekuatan seni dan kreativitas, dan diplomasi melalui seni rupa merupakan soft power yang luar biasa kuatnya," kata Mari.

Mari menilai tampilnya Indonesia di ajang Venice Biennale memiliki nilai strategis untuk mengenalkan dan mempromosikan salah satu sektor ekonomi kreatif Indonesia yang tengah dikembangkan, yaitu seni rupa kontemporer Indonesia berkelas dunia.

Melalui pameran karya seni rupa kontemporer ini, Menparekraf mengatakan, Indonesia ingin menunjukkan bahwa negaranya merupakan subyek praktik seni rupa dunia yang cukup diperhitungkan.

"Seni rupa yang merupakan bagian dari ekonomi kreatif memberikan kontribusi cukup besar terhadap perekonomian Indonesia serta kesejahteraan para pelakunya. Sudah waktunya kita membawa seni rupa Indonesia ke dunia dan menunjukkan potensi Indonesia di sektor ekonomi kreatif ini.

Selain itu, melalui pameran seni rupa Venice Biennale ini, lanjut Mari, Indonesia dapat mengundang minat wisatawan dunia karena jutaan wisatawan yang datang ke Venice ingin melihat pameran termasuk datang ke paviliun Indonesia.

Tampilnya karya seni rupa Indonesia yang difasilitasi oleh Kemenparekraf dan didukung oleh beberapa instansi pemerintah dan institusi swasta kali ini sangat berbeda dengan keikutsertaan Indonesia pada pameran Venice Biennale sebelumnya yang hanya diwakili oleh individu ataupun galeri.

Karya seni rupa kontemporer Indonesia ditampilkan dalam satu area seluas 500 meter persegi. Paviliun ini berada dalam anjungan utama di area Arsenale sehingga menarik perhatian para pengunjung pameran dan para wisatawan yang datang dari seluruh dunia.

Paviliun Indonesia melibatkan Soedarmadji Damais sebagai komisioner dan Achille Bonito Oliva sebagai Wakil Komisioner, Carla Bianpoen dan Rifky Effendy sebagai kurator, dan diproduksi oleh PT Bumi Purnati Indonesia yang dipimpin oleh Restu Imansari Kusumaningrum bekerja sama dengan Change Performing Arts (Indonesia-Italia).

Bahkan karena karyanya ditampilkan di Venice Biennale, seniman Sri Astari mendapat undangan untuk memamerkan karyanya juga di festival bergengsi di Italia yaitu Festival Spoleto baru-baru ini.

Terfavorit

Andrea Del Mercato, Direktur Jenderal Venice Biennale, yang menyambut dan mendampingi kunjungan Menparekraf ke lokasi pameran Venice Biennale mengatakan bahwa Pavilliun Indonesia merupakan salah satu pavilliun terfavorit pada ajang Venice Biennale 2013 ini karena mencerminkan jati diri bangsa Indonesia.

"Dalam sehari biasanya dikunjungi oleh sekitar 100 orang pengunjung serius yang berhenti lama dalam mengapresiasi dan menikmati karya-karya seni rupa di Paviliun Indonesia tersebut dan pada hari-hari puncak bisa memperoleh 500-600 pengunjung," kata Mercato.

Paviliun Indonesia kali ini turut pula merepresentasikan karya seni rupa dari Asia, karena di ajang "55 th International Art Exhibition of the Venice Biennale" hanya ada beberapa negara, seperti Saudi Arabia dan Iran, yang tampil total dalam satu paviliun besar seperti paviliun Indonesia.

Pameran yang berlangsung selama enam bulan dari 1 Juni hingga akhir November 2013 ini akan dikunjungi jutaan penggemar seni rupa dunia, termasuk wisatawan yang datang ke kota Venice yang setiap tahun mencapai puluhan juta.

Menparekraf menambahkan, kehadiran paviliun Indonesia kali ini diharapkan mampu meningkatkan citra Indonesia sebagai negara yang unggul dalam seni budaya kontemporer karena basis warisan budaya yang kuat serta kreativitas yang luar biasa.

"Dampak positif yang diharapkan selain keuntungan langsung kepada para seniman yang ikut adalah minat wisatawan untuk berkunjung ke Indonesia. Selain itu lebih-lebih dari seribu media cetak dan elektronik dari berbagai negara mengekspos kegiatan selama pameran berlangsung," kata Mari.

0 komentar:

Aliran atau Gaya Dalam Seni Rupa

Aliran atau gaya dalam seni rupa dibedakan berdasarkan prinsip pembuatannya. Kemunculan suatu gaya atau kreativitas dalam rangka mendapatkan keunikan bisa relatif bersamaan atau meneruskan gaya sebelumnya secara selaras atau bertentangan. Seorang seniman seni rupa dalam proses perkembangannya bisa saja berkreasi lebih dari satu gaya.
Aliran atau gaya dalam seni rupa yaitu:
Realisme (1800-an)
Aliran ini memandang dunia sebagai sesuatu yang nyata. Lukisan adalah sejarah bagi zamannya. Pelukis/pembuat karya seni bekerja berdasarkan kemampuan teknis dan realitas yang diserap oleh indera penglihatannya. Fantasi dan imajinasi harus dihindari.
Namun, pada perkembangannya terjadi dua kecenderungan. Ada yang memilih objek yang bagus/enak dilihat, ada pula yang memilih objek yang jelek/tidak enak dilihat (kumuh, mengerikan). Dari aliran ini berkembang aliran:
  • Realisme Cahaya: Impresionisme.
  • Realisme Baru/Sosial: Menggunakan objek dampak industri di perkotaan.
  • Realisme Fotografis: Dikaitkan dengan keberadaan dan kekuatan untuk menyamai hasil fotografi yang sangat detail dalam menangkap objek.
Tokohnya: Annibale Carracci, Gustave Courbert, Theodore Chasseriau, Thomas Couture.
Thomas Couture "A Realist"
Annibale Carracci "Butchers Shop"
Gustave Courbet "The Wrestlers"
Theodore Chasseriau "Me Contracter"

Naturalisme
Aliran ini dianggap bagian dari realisme yang memilih objek yang indah dan membuai saja, secara visual seperti objek aslinya (fotografis).
Dalam perkembangannya cenderung memperindah objek secara berlebihan.
Tokoh: Rembrandt, George Cole, John Constable, Luis Alvarez Catala, William Callow, Paul Alfred Curzon.
Rembrandt "The Anatomy Lesson of  Dr. Tulp"
Paul Alfred Curzon "The Afternoon Pasttime"
Luis Alvarez Catala "Woman Before A Mirror"
George Cole "Harvest Field"
Romantisme (1818)
Aliran ini mengembalikan seni pada emosi yang lebih bersifat imajiner. Awalnya melukiskan kisah atau kejadian yang dramatis ataupun aktualitas piktorialnya selalu melebihi kenyataan. Warna lebih meriah, gerakan lebih lincah, emosi lebih tegas.
Tokohnya: Theodore Gericault, Eugene Delacroix
Eugene Delacroix "Liberty Leading the People"
Theodore Gericault "Raft of Medusa"
Yong Cao "Santa Monica"
Impresionisme/Realisme Cahaya/Light Painting (1874)
Aliran yang menggunakan konsep melukiskan berdasarkan usaha merekam efek atau kesan cahaya yang jatuh/memantul pada suatu objek/benda, sehingga menghindari garis atau kejelasan kontur. Cahaya yang dimaksud terutama berasal dari matahari yang memiliki banyak spektrum warna. Cara melukisnya harus cepat karena cahaya matahari yang terus bergerak/berubah dan dipengaruhi oleh cahaya. Hal ini bisa membuat lukisan hanya selintas/tidak detail.
Tokohnya: Claude Monet, Aguste Renoir, Camille Pissarro, Paul Cezane.
Selanjutnya aliran ini berkembang menjadi Post Impresionis. Ini bukan aliran, melainkan kelompok untuk menamai karya-karya pelukis yang mengembangkan perenungan problem cahaya dengan lebih mendalam, sehingga mencari jalan sendiri-sendiri.
Mereka menggabungkan keindahan alam dengan keindahan seni. Untuk itu harus mengubah dulu unsur-unsurnya menjadi sesuatu yang lebih mengena. Misalnya Henri Rosseau mengupayakan efek cahaya dengan stilasi. Paul Signac atau George Seurat dengan kesabarannya membuat titik-titik warna yang bervariasi dan berdekatan sehingga menimbulkan efek/kesan warna yang baru (Pointilisme). Vincent van Gogh mengembangkan teknik ini secara ekspresif dengan menggunakan teknik variasi garis-garis pendek berwarna.
George Seurat "Sunday Afternoon on the Island of La Grande Jatte"
Clark "Town Dock Alexandria Bay"
Vincent van Gogh "Prisoners Exercing"
Henri Rousseau "The Snake"
Paul Cezane "View of Auvers"
Claude Monet "Red Water Lilies"
Ekspresionisme (1900-an)
Aliran ini berusaha mengekspresikan aktualitas bukan hanya berdasarkan indera penglihatan, tetapi juga dengan pengalaman batin. Luapan perasaan berupa kesedihan atau tekanan batin lainnya yang mengalir deras menyebabkan kebebasan teknik dalam melukiskannya, sehingga cenderung terjadi distorsi dan sensasi.
Kesempurnaan bentuk objek yang biasa dilakukan berdasarkan pengamatan secara visual tidak lagi menjadi pertimbangan estetika.
Tokohnya: Edward Munch, Ernst Barlach.
Edward Munch "Scream"
Ernst Barlach "Wanderer I'm Wind"
Oskar Kokoschka "Selft Portrait"
Fauvisme (1900-an)
Aliran yang dipelopori oleh sekelompok seniman muda untuk membebaskan diri dari batasan aliran sebelumnya, sehingga mendapat julukan Les Fauves (binatang jalang) dari kritikus Prancis Louis Vauxcelles. Julukan tersebut malah dijadikan nama aliran mereka. Namun, aliran ini tidak bertahan lama.
Aliran ini menekankan pada penggunaan garis kontur yang tegas dan berusaha mengembalikan warna pada peranannya yang mutlak (tidak harus sesuai kenyataan). Dasarnya adalah kegemaran melukis apa saja tanpa memikirkan isi dan maknanya.
Tokohnya: Henri Matisse, Andre Derain, George Rouault, Maurice de Vlaminck.
Andre Derain "Drying Sail"
George Rouault "Three Clowns"
Henri Matisse "Harmony in Red"
Kubisme (1907)
Aliran ini menyederhanakan bentuk-bentuk alam secara geometris (segitiga, segi empat, lingkaran , oval, silinder, bola, kerucut, kubus, balok) dengan intuisi dan rasionalitas.
Konsep dasarnya adalah menghadirkan tampilan secara serempak dan simultan berbagai bagian objek, baik yang dilihat dari depan atau belakang yang tampak atau tersembunyi. Tujuannya adalah untuk menunjukkan hubungan di antara bagian-bagian itu.
Tokohnya: Pablo Picasso, Max Beckman, Henri Moore, Fernand Leger, A. Archipenko, Juan Gris.
Selanjutnya berkembang menjadi dua konsep sebagai berikut.

  • Kubisme Analitis
Objek dianalisis, dipecah, dan dipandang dari berbagai sudut kemudian dilukis atau dibentuk sekaligus.
A. Archipenko "Boxer" (Terakota)
Max Beckman "The Night" 
Pablo Picasso " Head" (Perunggu)
Pablo Picasso "Les demoiselles d'Avignon"
  • Kubisme Sintesis
Objek seakan-akan disusun dari bidang/bentuk yang berlainan, saling tumpah tindih sehingga membentuk tampilan yang unik.
Fernand Leger "The Bagerman"

Futurisme (1909)
Seniman futuris berpandangan bahwa derajat kehidupan dapat dicapai melalui aktivitas. Tema yang mengandung kesibukan dan kesimpangsiuran diangkat ke dalam karyanya dalam bentuk kesan keindahan gerak yang dinamis
Tokohnya: Umberto Boccioni, Carlo Carra, Giacomo Balla, Marchel Duchamp.
Carlo Carra "Cio Che M'ha Detto Il Tram"
Marchel Duschamp "Nude Descending"
Umberto Boccioni "Unique Form Continuity in Space" (Perunggu)
Dadaisme (1916)
Istilah ini berasal dari bahasa anak-anak Perancis yang artinya kuda mainan. Aliran ini mendukung Surealisme karena muncul dari alam bawah sadar sebagai protes tidak adanya polarisasi nilai (baik/buruk) sosial dan etika akibat perang dunia.
Hal inilah yang menyebabkan karya Dadaisme memiliki ciri sinis, konyol, menggambarkan benda atau mesin sebagai manusia, mengikuti kemauan sendiri, dan menolak estetika dalam karyanya. Kolase adalah salah satu dari sekian teknik yang digunakan.
Tokohnya: Marchel Duschamp, Jean (Hans) Arp, Lazlo Mohoyi Nagy.
Jean Arp "Constellation" 
Lazlo Mohoyi Nagy "Light Display Machine" 
Marchel Duschamp "The bride and Bachelor" (Kaca) 
Robert Gober "Untitled" 
Man Ray "Cadeau" (Logam)
Surealisme (1937)
Aliran ini dipengaruhi oleh teori psikoanalisis Sigmund Freud yang menyatakan bahwa alam pikiran manusia terdiri dari alam sadar (dalam kontrol kesadaran/ingatan) dan bawah sadar (tidak dalam kontrol kesadaran/terlupakan).
Dalam karya aliran ini, alam nyata dan keserbabisaan mimpi terpadu, sehingga  menampakkan kesan aneh atau fantastik. Selanjutnya terdapat dua kecenderungan, yaitu:

  • Surealisme Figuratif
Penampakannya masih realistik, meskipun tidak wajar, sehingga penguasaan teknik masih diperlukan. Tokohnya: Carlo Carra, Gino Severini, Giorgio de Chirico, Marc Chagal, Salvador Dali.
Carlo Carra "Lot's Daughter" 
Gino Severini "Soggiorno Romantico Toscana" 
Giorgio de Chirico "The Disquieting Muses" 
Marc Chagal "The Cattle Dealer" 
Salvador Dali "Metamorphosis" 
  • Surealisme Abtraktisme
Sudah digayakan mendekati abstrak.Tokohnya: Joan Miro, Paul Klee, Wilfredo Lam. 
Isamu Noguchi "Kouros"
Joan Miro "Harlequin Carnival" 
Wilfredo Lam "The Jungle" 
Abtrakisme (1940-an)
Aliran seni yang menggambarkan sebuah bentuk yang tidak berwujud atau nonfiguratif. Sebenarnya kesan abstrak sudah nampak pada gaya Kubisme, Futurisme, atau Surealisme, tapi mereka memiliki perbedaan konsep yang mendasar
Dalam aliran ini karya yang ada terdiri dari susunan garis, bentuk, dan warna yang terbebas dari ilusi atas bentuk alam. Secara lebih umum Abtrakisme merupakan seni saat bentuk-bentuk di alam tidak lagi berfungsi sebagai objek atau tema, tetapi sebagai motif saja.

  • Abstrak Ekspresionisme/Non-Figuratif
Ekspresi gejolak jiwa yang digambarkan secara spontan dan abstrak. Tokoh: Ashile Gorky, Wassily Kandinsky, Roberto Matta. 
Ashile Gorky "The Liver is the Cock's Comb" 
Roberto Matta "Personages Rythmiques" 
Selanjutnya terbagi lebih spesifik menjadi:
Color Field Painting
Menampilkan bidang-bidang yang relatif lebar berwarna. Tokoh: Francis Picabia, Ben Nicholson.
Ben Nicholson "Celestial Blue" 
Jackson Pollock "Number 4"
Action Painting
Lebih mengutamakan aksi atau cara melukis daripada bentuk. Tokoh: Jakson Pollock, Paul Klee, Therese Oulton.  
  • Abstrak Geometris/Abstraksionisme/Non-Objektif
Konsepnya adalah mengabstraksikan objek geometris menjadi bentuk non-objektif. Tokoh: Wassily Kandinsky. Selanjutnya berkembang menjadi lebih spesifik. Terbagi menjadi:
Suprematis
Lebih mengutamakan supremasi perasaan murni dengan objek yang tidak memusingkan. Tokoh: Kasimir Malevich.
Neoplastisisme
Konsepnya adalah pembebasan esensi atau unsur seni rupa seperti garis dan warna dari beban peniruan alam. Bidang datar tidak untuk memanipulasi gambaran ruang. Pemurnian dan penyederhanaan ini diusahakan untuk mencapai universalitas. Tokoh: Piet Mondrian.
Kasimir Malevich "Suprematism"
Piet Mondrian "Composition with Red, Yellow, and Blue"
Wassily Kandisky "Contrasting Sounds" 
Konstruktivisme
Penganut aliran ini berusaha mengonstruksi bentuk tiga dimensi/trimatra yang abstrak menggunakan bahan bangunan modern dari besi, kawat, kayu, dan plastik. Tokoh: Vladimir Tatlin, Antonie Pevner, Naum Gabo, Alexander Calder, Max Bill.
Alexander Calder "Red Pointed Iron" 
Naum Gabo "Column" 
Optical Art
Unsur yang dipakai adalah bentuk geometris yang berulang. Garis, bentuk,, dan warna diatur dengan akurasi yang tepat untuk memunculkan kesan tekstur atau ruang yang dapat mengelabu penglihatan. Mengutamakan kesan ilmiah dan kurang memperhatikan ekspresi. Tokoh: Victor Vasarely, Richard Anuszkiewicz.
Richard Anuszkiewicz "Entrance to Green" 
Victor Vasareli "Vega Kontosh"
Pop Art (1970-an)
Pop Art merupakan perkembangan seni yang dipengaruhi oleh transformasi budaya populer yang terjadi di masyarakat. Budaya materialisme dan komersial pada kota metropolis seperti: fotografi, film, model/desain, iklan tokoh idola, merupakan sumber inspirasi yang memotivasi gerakan ini.
Pop Art sering menggunakan media campuran dalam karyanya. Misalnya lukisan dengan gaya foto, berbagai kombinasi antara lukisan, ukiran, atau patung kayu, logam, plastik, gibs, rongsokan, dan bahan lainnya. Pengaruh Dadaisme membuat kita kadang tersenyum jika melihat tampilan karya seninya.
Tokoh: Audrey Flack, Bill Woodrow, James Rosenquist, Klimt Gustaf, Peter Blake, Richard Hamilton, Robert Rouschenberg, Vladimir Baranov.

Richard Hamilton "Interior II" 
Vladimir Baranov "Simphony Number 1"
Bill Woodrow "Selft Portrait in The Nuclear Age"
Audrey Flack "Queen"
James Rosenquist "Passion Flowers"

Post Modern/Kontemporer
Hingga kini masih terdapat perbedaan pendapat dalam menglasifikasikan gaya dalam seni rupa sesudah periode modern. Kita akan menyederhanakan konsep penglasifikasian tersebut bagi kepentingan pengetahuan siswa dengan kecenderungan praktis.
Secara umum kontemporer berarti seni rupa yang berkembang sezaman dengan penulis atau pengamat masa kini. Istilah ini merujuk pada waktu ketika banyak terjadi trend yang mewarnai suatu masa. Pada periode ini juga terdapat pembagian seni menurut konsumennya yaitu untuk kelas atas (high art) dan untuk kelas bawah  (low art). Adapun karya seni rupa post modern/posmodern dapat dibagi menjadi sebagai berikut.

  • Posmodern Terapan/Modernisme
Dalam posmodern terapan, penampilan seni murni (lukisan, patung) tetap ada. Namun, pada akhirnya keindahan motif dan desain menjadi inspirasi dan cenderung digunakan untuk karya seni pakai keperluan manusia. Misalnya berupa arsitektur bangunan, perabot rumah tangga, maupun benda-benda teknologi baru. Sementara, klasifikasi seni modernisme antara lain sebagai berikut.
Art Nouveau/Art Deco
Gaya ini berkembang didasarkan dekorasi garis lengkung meliuk baik simestris atau asimetris sebagai adaptasi bentuk ornamen dan wujud keterampilan membentuk barang dengan mesin.
Gerbang Kemenangan Paris

Teko dan Cangkir

Kursi Oval
Estetika Mesin
Konsepnya agak bertentangan dengan art deco. Benda atau karya yang dibentuk dengan bantuan alat atau mesin tampil apa adanya tanpa ornamen yang rumit.

Gaya Internasional
Merupakan pengembangan konsep sebelumnya yang cenderung diterapkan pada arsitektur bangunan.
Gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa 
Gaya Aerodinamis
Gaya ini diterapkan untuk mendesain kendaraan berkecepatan tinggi agar diperoleh tingkat aerodinamis yang maksimal. Namun, kemudian berkembang pada benda seni pakai yang lain.
Ferrari
Kereta Cepat
Wuhan Greenland Center
Hi-Tec
Desain dengan gaya ini dirancang praktis untuk kebutuhan barang-barang teknologi tingkat tinggi agar mencapai tingkat efisiensi yang maksimal.

Bio Desain
Gaya bio desain merupakan desain hi-tec yang lebih fleksibel atau luwes karena diadaptasikan dengan bentuk yang ada di alam (hewan, tumbuhan, dan sebagainya).
The Big Bug 
  • Posmodern Murni/Ekspresif
Gaya ini mungkin dapat diterapkan pada seni pakai, tetapi kecenderungannya lebih digunakan untuk berekspresi/sensasi. Berikut ini adalah contoh seni posmodern ekspresif.
Seni Instalasi secara teknis merupakan pengembangan dari proses pembuatan seni patung yaitu teknik asembling (assemblage). Objek karya seni (biasanya tiga dimensi) dikreasikan dengan cara mengonstruksi, merakit, atau mengombinasikan berbagai media secara bersamaan. Teknik ini merupakan pengembangan dari periode Dadais yang membebaskan segala media dan cara untuk berkreasi.
Louise Nevelson "Royal Tide IV" 
David Mach "Polaris"
Tersusun dari tumpukan ban 
Daftar Pustaka:
Nusantara, Yayat. Seni Budaya untuk SMA Kelas XII. Erlangga. Bekasi, 2007.

0 komentar:

Copyright © 2013 WORLD OF ARTS NO LIMITS.