5 KOTA DENGAN GRAFFITI TERBAIK DUNIA

1. New York, AS

New York sangat identik dengan graffiti. Di kota ini, seni lukis jalanan sangat kental terasa. Anda bisa dengan mudah menemukan karya-karya para seniman jalanan yang bisa dibilang luar biasa. Jika Anda ingin belajar mengenai graffiti, di sini tempatnya.

Kesenian ini dimulai pada tahun 1960an, berawal dari tulisan-tulisan yang ditorehkan di dinding kosong. Kesenian ini kemudian berkembang menjadi gambar-gambar. Gambar tersebut bisa dibuat dari cat, stensil, gambar yang dicetak dari bentuk yang telah dibuat di kertas, atau gambar yang dibuat menggunakan tanah liat.

Hasil gambar para seniman jalanan ini pun bisa dikatakan luar biasa. Mereka mampu membuat gambar apik dengan efek 3 dimensi. Mereka pun bisa menggambar di tempat-tempat yang sulit dijangkau. Salah satu graffiti unik dan panjang bisa Anda temui di daerah Long Island City. Deretan gambar yang dimulai dari MoMA's P.S ini berjudul "graffiti mecca".

2. Berlin, Jerman
http://www.cowboys2catwalk.com/blog/wp-content/uploads/2011/09/Tacheles_4.jpg
Seperti New York, Berlin juga memiliki seni jalanan yang mengesankan. Hal ini didukung dengan banyaknya para pelukis jalanan di dunia yang datang ke sini dan menorehkan karya mereka. Anda bisa dengan mudah menemukan banyak graffiti di daerah Mitte dan Friedrichshain-Kreuzberg.

Di Jerman, seni lukis jalanan ini dinamai Berliner Strassenkultur yang berarti seni jalanan para penduduk Berlin. Graffiti-graffiti menarik dibuat para pelukis jalanan yang berasal dari luar negeri sebagai "tanda" mereka pernah ke sana. Seperti contoh, Blu, seorang seniman dari Itali menggambar sebuah monster yang berukuran besar sebagai penanda ia pernah ke Jerman.

3. London, Inggris
http://photos.pixyblog.com/mg/001-091028.jpg
Para pelukis jalanan bisa lebih leluasa berkarya di kota ini karena graffiti diapresiasi dengan baik. Pada tahun 2008, sebuah institusi seni terkenal di Inggris bernama Tate Modern mengadakan pameran seni yang berasal dari 6 seniman internasional. Para seniman tersebut menggambar dengan berbagai tema, dari perdamaian hingga satir.

Baru-baru ini ada "perkelahian" seni antara Banksy, seorang seniman jalanan dengan profil misterius, melawan King Bobo, seorang seniman jalanan yang sudah berkiprah sejak tahun 1980. Pertengkaran mereka menarik perhatian The Times yang menyebutkan duel seni mereka diandaikan seperti Picasso dan Matisse.

4. Melbourne, Australia
ijalan-jalan di melbourne (sumber: bootsnall.com)
Di awal tahun 2000, jalan-jalan di Melbourne menjadi media berkarya banyak seniman jalanan. Lukisan di dinding-dinding bangunan dan jalan di Melbourne bertambah di setiap malamnya. Beberapa tahun kemudian, kota ini mengadakan festival stensil yang kini telah menjadi acara tahunan.

Poster, lukisan cat, pasta, stensil dan stiker telah memenuhi daerah Hosier Lane, Northcote, Brunswick dan Fitzroy. Secara umum, hasil lukisan yang ada di sini mewakili masalah politik yang sedang terjadi atau sekedar kreatifitas individual. Namun ada sebuah slogan yang menarik di sini yaitu, "blank walls are criminal", tembok kosong itu adalah sebuah kejahatan.

5. Teheran, Iran
http://robertlindsay.files.wordpress.com/2011/09/450px-anti-us_tehran.jpg
Seorang seniman jalanan yang menyebut dirinya A1one berkarya di bidang graffiti dengan tema politik. Ia memparodikan isu yang sedang terjadi saat itu. A1one juga memberi sebuah tagline "painting is not a crime"

Sebuah karya menarik dari A1one adalah "Evolution" yaitu sebuah gambar monyet yang berubah menjadi manusia yang lalu berubah lagi menjadi seorang tentara.

Sayangnya, banyak dari karya seniman tanpa nama yang sudah dibersihkan, sebelum banyak dilihat orang. Dari situ, letak graffiti tidak lagi di tempat publik, tapi lebih ke jalan-jalan sempit dan kecil. Di sinilah keunikan dari graffiti yang ada di Iran, karya merdeka yang menolak mati.

0 komentar:

SENIMAN NYENTRIK, WHY?

Jadi, kenapa mereka pada nyentrik?

Jangan dibalik begitu. Ini kan soal penghayatan. Soal gaya hidup. Kalau mereka yang kamu anggap nyentrik itu merasa pas dengan gaya dan penghayatannya, apa salahnya? Sekali lagi, ini hanya sekedar dari sudut mana kamu memandang, dari nilai mana kamu menangkap. Kan sama saja, misalnya saya beranggapan bahwa ABRI itu lebih nyentrik. Tiap hari pakai seragam itu-itu melulu. Tiap hari mengelap sabuk, menyemir sepatu, membersihkan bintang hingga mengkilat. Bagi saya justru yang begitu tidak wajar. Tapi mereka yang menjalani mempunyai penilaian sendiri. Ini pertanda disiplin. Dan disiplin dituntut tinggi dalam kemiliteran. Tak usah jauh-jauh. Kita pergi ke pasar di sebuah kampung. Lihat dan perhatikan Hansip dengan seragam coklat itu. Dengan segala tanda pengenal. Apakah itu tidak nyentrik dibanding ibu-ibu atau babu-babu atau pedagang sayur?

Ya, tapi Hansip kan diharuskan begitu.

Sama saja. Seniman yang kamu sebutkan tadi juga “diharuskan” begitu. Bedanya, yang mengharuskan adalah dirinya sendiri. Yang menuntut seperti itu adalah dirinya sendiri. Tuntutan tetap kreatif. Untuk menawarkan nilai-nilai yang lain. Mengajukan persoalan yang baru. Yang karena baru- meski harus dalam tanda petik- jadinya masih asing, masih dianggap aneh. Pelukis Rustamaji mungkin dianggap nyentrik dan aneh. Hidupnya sederhana, padahal lukisannya laku puluhan juta-satu lukisan saja. Tapi ia tak pernah mau menjual lukisannya kalau tidak mengadakan pameran. Dan pameran itu hanya dilakukan sepuluh tahun sekali! Orang yang berpikiran bisnis, tentu akan mengatakan itu aneh. Tapi Rustamaji sendiri tak merasa aneh. Wajar. Ia hanya merasa siap untuk pameran setiap sepuluh tahun. Sapardi Djoko Damono lain lagi. Ia biasa menyimpan dulu puisinya sekian tahun setelah diciptakan sebelum dipublikasikan. Ia perlu mengendapkan, menimbang-nimbang, apakah karya itu masih patut.

Ya, tapi dengan demikian bisa dianggap kurang waras kan?

Ya, karena ukuran mengenai waras berbeda. Jangan hiraukan itu.

Sekarang kita baru mudeng Kenapa Seniman Nyentrik, bukan?

Saya ada contoh juga salah satu teman saya, yang juga seorang pekerja seni. Seorang design cover buku pada sebuah perusahaan penerbitan. Kalau anda sebelumnya pernah membaca tulisan saya yang berjudul “Anda Termasuk Tipe Pekerja Yang Mana?” maka teman saya ini termasuk golongan pekerja pada tingkatan 2, pekerja freelance. Orang Jakarta boleh berbangga bisa kerja dikantoran mentereng di bilangan Thamrin, berdasi setiap hari, tapi tetap terkungkung dengan ketidak bebasannya akibat adanya aturan pada kantornya. Teman saya ini adalah salah satu pekerja Work at Home. Pekerja paling bebas yang pernah saya kenal. Kerja bisa sambil pakai sarung di rumah dengan minum kopi dan tak henti-hentinya mengisap rokok. Hal yang sama tidak bisa anda lakukan kalau anda adalah tipe pekerja kantoran, termasuk saya. Untungnya saya bukan perokok.

Teman saya ini juga rada mirip dengan pelukis Rustamaji, nyentrik juga. Meski sekarang ia tinggal di Jakarta yang tipikal orang-orangnya terkenal apa-apa duit, karena iklimnya memang mengkondisikan orang jadi seperti itu, ia tetap hidup dengan kesederhanaanya. Saya hafal betul kebiasaan dia. Dia tiap hari online internet. Yahoo Mesengger bagi dia lebih mirip seperi kantor virtualnya di dunia maya. Nah, kalau dalam sehari statusnya di YM tidak online berarti dia lagi invisible karena kebanjiran order dan diuber-uber Editor. Jangan ditanya berapa job order setiap harinya. Dia sampai nolak-nolak kadang karena saking banyaknya. Terakhir dia cerita ke saya ditawarin ikutan Production House (PH) film untuk ngerjakan design grafisnya. Dia tolak, meskipun pada PH tersebut menjanjikan rupiah yang lebih gede, dia tidak mau tergoda dan tetap enjoy fokus di bidang pekerjaannya sekarang. Alasannya sederhana, dia tidak ingin serakah jadi orang dan berusaha untuk tetap loyal pada beberapa klien perusahaan pernerbitan yang sudah memberinya order selama ini. Itulah orang seni. Hampir kebanyakan orang-orangnya punya idealisme tinggi seperti itu, yang tetap tidak bisa dibeli pakai uang manapun.

sumber: http://www.diptara.com/2009/10/kenapa-seniman-nyentrik.html

0 komentar:

Copyright © 2013 WORLD OF ARTS NO LIMITS.