MEMAHAMI SENI GORESAN ANAK

Salah satu potensi dasar pada diri anak yang perlu dikembangkan sejak dini adalah potensi kreativitas. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mengembangkan kreativitas anak antara lain melalui kegiatan/pengajararan seni rupa khususnya dalam bentuk kegiatan menggambar. Gambar anak-anak menjadi sesuatu yang penting untuk pertumbuhannya dan merupakan refleksi anak dalam pendidikan kreatif. Melalui gambar anak, dapat dikaji berbagai hal yang berkaitan dengan pengalaman, fantasi, imajinasi, tingkat kecerdasan, kebebasan berekspresi, kreativitas, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya Guru memegang peran penting dalam pendidikan, tentunya juga dituntut kreativitasnya agar dapat mengembangkan potensi kreatif anak.
Berdasarkan pendapat para ahli, gambar anak diciptakan berdasarkan penglihatan dan perasaan terhadap lingkungannya. Adanya perbedaan tingkatan usia dan tipe pada diri setiap anak menjadikan karyanya memiliki karakteristik yang tentunya berbeda dengan orang dewasa atau berbeda pada tiap tingkatan usia dan tipe di antara anak. Untuk memahami karakteristik gambar anak-anak, ada dua hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru atau pendidik agar dapat  memberi motivasi dan stimulasi yang tepat yaitu:
Periodesasi.
Masa yang dilalui selama hidup manusia biasanya dibagi-bagi, digolongkan menurut tahap-tahap tertentu  berdasarkan perkembangan jasmani maupun jiwanya.Penggolongan waktu tersebut disebut periodesasi atau pembagian masa. Demikian pula halnya mengenai ciri-ciri gambar anak-anak, juga dapat diidentifikasi berdasarkan periodesasi. Penggolongan periodesasi pola gambar pada anak, banyak dikemukakan para ahli seni. Salah satu yang paling populer adalah teori dari Victor Lowenveld, ia membagi periodesasi ciri-ciri gambar anak menjadi beberapa tahap, antara lain :
·         Tahap Coreng moreng (2-4 tahun)
Sejak usia 2 tahun seluruh anggota badan anak berusaha untuk sekedar digerakan, karena pengaruh syaraf motoriknya. Goresan pada tahap menggambar ini semula tidak terarah, tebal tipis, bengkok, putus-putus, panjang pendek tetapi dengan hasil yang serba kebetulan dan pada diri anak akan tercapai kepuasan. Lama-lama mereka dapat menggerakkan anggota badan dengan tujuan yang jelas. Maka terjadilah aksi coret-coret yang makin lama makin jelas arahnya. Sehingga pembinaan pada usia ini hanyalah memberi stimulasi yang tetap mengiyakan, membubuhi ceritanya, serta lebih mengaktifkan imajinasinya. Jadi biarkan saja anak pada usia ini untuk lepas dalam menggambar, kita hanya perlu mengawasinya saja dan memberi pancingan atas objek yang di gamabarnya.

·         Tahap Masa Prabagan (4-7 tahun)
Pada masa selanjutnya yaitu masa prabagan, disini anak dapat mengendalikan motoriknya maka anak akan dapat melihat hubungan antara yang dihasilkan dengan bentuk-bentuk objektif. Telah terjadi perubahan dari coret-coret ke arah bentuk yang lebih esensial. Dengan perubahan ini kita dapat lebih mengenali dan menafsir bentuk yang ada, lama-lama akan terbentuk bagian-bagian lain yang lebih menunjang imajinasinya. Masalah ruang belum dapat dipecahkan, warna cenderung tidak sesuai dengan warna aslinya. Artinya pada masa itu masih memerlukan pengenalan-pengenalan teknik yang paling mudah, seperti menggambar kepala hanya dengan lingkaran, langit hanya dengan goresan asal, pohon dengan gambar yang paling sederhana dll. Disini diperlukan pembinaan yang lebih terarah pada perkembangan teknik atau cara yang secara mudah dan memperkenalkan objek gambar lainnya (misalnya dengan cara rekreasi, atau sejenisnya) sehingga dapat dihasilkan variasi gambar yang lain.
·         Tahap Masa Bagan (7-9 tahun)
Pada masa ini merupakan konsep tentang bentuk dasar dari pengalaman kreatif, anak pada usia ini telah memiliki konsep cerita yang sudah banyak. Pengamatan telah makin teliti dan semakin tahu siapa dirinya dalam hubungan dengan lingkungannya. Pada usia ini pengaruh guru sangat besar. Anak telah memiliki pengalaman sosial, yaitu hal-hal yang sebenarnya sudah diketahui, disikapi karena desakan emosi subjektifnya. Karena kesadaran meningkat, anak mulai gelisah dan secara kritis mengontrol dirinya antara pengamatan dan hasil-hasil gambar masa lalu. Disini peran guru bertugas mengaktifkan pengalaman anak tersebut.
Penggambaran ruang telah muncul tetapi masih sederhana, terutama dalam memahami lingkungan dimana mereka berada. Sebagian pengalaman ruang masih sederhana dan diletakan dalam satu garis vertikal sebagai garis dasar. Komposisi objek masih tumpuk-menumpuk atau tersusun ke atas. Dan pada soal warna telah disikapi sebagaimana bentuk yang mendekati pada warna aslinya. Misalkan warna pohon akan diberi warna hijau dan matahari akan diberi warna kuning atau orange.
·         Tahap Masa Permulaan Realisme (9-11 tahun)
Di usia ini anak semakin cerdas dalam memngungkapkan imajinasinya.  Konsepsi semakin mendetail, tampilan lebih proposional, berkat meningkatnya intelektual mereka. Rasio mulai digunakan di samping emosi subjektif. Jadi pada masa ini sudah ditinggalkan penggambaran bagian yang dilebih-lebihkan karena fungsi aktifnya. Artinya ia telah dengan lebih bebas menggambar figur-figur atau bentuk-bentuk yang lebih bebas dalam seluruh bidang gambar. Hanya dalam usia ini mereka belum banyak memanfaatkan atau kesulitan dalam persoalan perspektif. Gejala yang paling terlihat pada usia ini adalah kedekatan figur yang lebih nyata, walaupun pada segi warna tidak terlalu cocok dengan kenyataan.
·         Tahap Masa Realisme Semu (11-13 tahun)
Pada masa ini telah banyak dipengaruhi oleh intelegensi yang semakin matang. Ada pendekatan realistis dengan alam sekitar, meskipun barangkali belum sepenuhnya kesadaran sebaik orang dewasa. Tingkah lakunya makin gelisah, banyak bergerak dan ada gejala suka membentuk grup sebagai manifestasi kesadaran akan perlunya kerjasama. Sehingga dalam usia ini anak lebih mendekati perangai remaja yang memiliki seluk-beluk yang sangat bervariatif. Untuk pola gambar sudah cukup matang, pewarnaan juga sudah sesuai. Namun bentuk yang sudah realis, masih kurang kuat dalam artian realitik tetapi masih ada kekurangan seidikit dalam bentuknya.
Dengan adanya pembagian periodesasi dalam kcenderungan gambar anak, maka diharapkan kita para pendidik dapat lebih peka dalam menanggapinya. Selanjutnya tugas guru adalah membimbing dan mengarahkan tiap anak didiknya yang mempunyai kecenderungan secara umum yaitu kecerdasan visual spatial.
 
sumber: http://alixbumiartyou.blogspot.com/2012/10/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html

0 komentar:

PENSIL PUNYA SEJARAH

Pensil, benda yang satu ini jelas sudah tidak asing lagi dalam kehidupan kita. Benda yang panjang, bulat, atau segi enam dan ditengahnya terdapat elemen hitam yang dapat meninggalkan goresan hitam ketika di gores di atas kertas. Ya, itulah pensil yang sudah kita ketahui keberadaannya dan tentunya sudah tidak asing lagi di kehidupan kita sehari-hari. Kata pensil sendiri berasal dari bahasa Latin penicillus, yang artinya ekor kecil karena bentuknya memang seperti kuas kecil. Penggunaan pensil sebagai alat tulis, dan juga untuk membuat karya seni memang praktis dalam pengaplikasiannya. Benda yang praktis, kecil, mudah disimpan, dan digunakan tentunya mempunyai sejarah yang tidak tiba-tiba. Semuanya melalui tahapan demi tahapan. Tentunya kita harus tahu sejarah ditemukanya pensil dan perkembangan dari alat tulis yang sederhana tersebut. Berikut penulis akan mencoba merangkum tentang sejarah pensil dari literatur yang ada, dan semoga bermanfaat bagi kita semua.
Latar belakang sejarah.
Sejarah ditemukannya pensil kira-kira dapat telusuri sejak jaman Renaisance, tepatnya pada abad ke 15 dimana humanisme, ilmu pengetahuan dan seni modern sedang mulai berkembang di Eropa. Pada periode Renaisance pensil masih dalam bentuknya yang belum sempurna seperti sekarang. Pada zaman tersebut seniman Renaisance sudah mempergunakan batangan perak yang dibentuk seperti potlot untuk menggambar dan membuat sketsa. Bentuk awal pensil yang berupa batangan perak tersebut dikenal dengan nama zilverstift atau silverpoint. Secara teknis bentuk dari silverpoint masih agak tajam sehingga dapat merusak permukaan kertas. Maka dari itu penggunaannya pada waktu dengan cara menggosok ujungnya dengan amplas halus. Dan biasanya untuk mendapatkan warna keabu-abuan yang bagus, maka landasan yang dipakai berupa kertas dan papan yang dilapisi dengan pigmen putih.

silverpoint, pensil generasi pertama
Pada zaman Renaisance pensil generasi pertama tersebut sudah banyak digunakan oleh para seniman pada waktu itu. Seniman seperti Leonardo da Vinci, Albercht Durer, dan Rembrant Van Rijn dll. Selanjutnya bentuk pensil mengalami perkembangan dalam bentuk dan bahan baku dan kemasannya. Setelah periode Renaisans dengan pensil peraknya, selanjutnya pensil menggunakan bahan baku dari timah hitam. Pada waktu itu penggunaan timah hitam(lead/lood), dimasukan ke dalam selongsong (pot) seperti kulit domba atau potongan kecil berbentuk tongkat dibebat dengan tali. Pembungkusan timah hitam tersebut dikarenakan sifat dari timah yang teksrurnya mengandung minyak.Tidak seorang pun tahu siapa yang mula-mula mempunyai ide untuk memasukkan timah hitam ke dalam wadah kayu. Karena itu istilah lead pencil (pensil timah) atau pot lead/lood  masih digunakan sampai sekarang. Dari penggabungan kata pot dan lead, maka lahirlah istilah potlod atau potlot digunakan untuk menyebut jenis pensil ini yang berbahan timah hitam.
 Pada tahun 1504 di Borrowdale/Cumberland Inggris, perkembangan selanjutnya para seniman sudah memikirkan untuk mengolah dan menggunakan bahan mineral grafit sebagai bahan untuk melukis. Pemikiran dari para seniman tersebut, baru mulai di buat menjadi bentuk pensil yang berbahan baku dari grafit pada tahun 1662. Walaupun bahan grafit sudah dikenal pada tahun 1400-an. Kemudian bahan grafit tersebut digunakan menjadi bahan baku pensil, menggantikan timah hitam dalam selongsong kayu (pot). Namum penamaan “potlood”, sudah terlanjur untuk menyebut jenis pensil dari grafit, yang sebenarnya adalah sebutan untuk jenis pensil berbahan timah. Untuk mengklarifikasi penyebutan pada jenis pensil timah hitam yang dikenal dengan nama potlood, maka pada tahun 1789, ahli Geologi Jerman, Abraham G. Werner memberikan nama grafit, yang berasal dari perkataan Yunani graphein, yang berarti menulis. Jadi, isi pensil bukan timah melainkan bahan mineral grafit, yang kita kenal dengan pensil dengan bentuknya yang sekarang ini (modern).
Perkembangan pensil grafit selama bertahun-tahun, akhirnya Inggris memonopoli industri pembuatan pensil. Karena bahan grafit cukup murni untuk digunakan tanpa perlu diproses lagi. Tetapi di Prancis, seorang insinyur melakukan eksperimen dalam pengolahan bahan baku pensil tersebut. Hal ini dikarenakan  grafit Eropa kurang bermutu, maka pabrik-pabrik pensil di sana bereksperimen dengan berbagai cara untuk memperbaiki isi pensil. Insinyur Prancis tersebut adalah Nicolas-Jacques Conté. Conte mencampur bubuk grafit dengan tanah liat, membentuk campuran itu menjadi batang-batang, dan membakarnya dalam perapian. Dengan mengubah-ubah perbandingan grafit terhadap tanah liat, ia bisa membuat isi pensil yang menghasilkan berbagai gradasi warna hitam, proses yang digunakan sampai sekarang. Penemuan Nicholas Jaques Conte tersebut dikenal dengan sebutan “Pensil Konte”. Jenis pensil ini mempunyai kepekatan warna hitam dan tidak mengkilat ketika dogoreskan di permukaan kertas.

Nicholas Jaques Conte.
Pemrosesan pensil di era modern dibuat dengan menghancurkan grafit murni dan tanah liat menjadi bentuk bubuk. Campuran ini kemudian diberi air, dianginkan, dan kemudian dibakar selama tiga hari. Kemudian isi pensil yang telah dicetak menjadi bentuk yang panjang dan tipis dilapisi dengan kayu halus. Awalnya pensil lebih banyak dibuat dalam bentuk persegi karena keterbatasan mesin produksi. Nuremberg, Jerman adalah tempat kelahiran dari massa-diproduksi pensil pertama di 1662. Dipicu oleh Faber-Castell, Faber-Castell didirikan pada tahun 1761 di Stein, Jerman. Berawal dari pabrik pensil yang dibangun oleh Kaspar Faber (masa hidup 1730-1784) di Nuremberg, perusahaan itu pada awalnya hanya memproduksi pensil yang disebut ”Bleiweißstifte”. Kemudian bisnis itu berubah nama menjadi “A.W.Faber” yang diambil dari nama putra Kaspar, Anton Wilhelm Faber (masa hidup 1758-1810). Sepeninggal Kaspar, Anton Wilhelm mengambil alih kendali bisnis warisan sang ayah dan membuatnya berkembang pesat. Selanjutnya pendirian Lyra, Steadtler dan perusahaan lain, industri pensil aktif dikembangkan di seluruh revolusi industri abad ke-19.
Pada abad ke-19, pembuatan pensil menjadi bisnis besar. Grafit ditemukan di beberapa tempat, termasuk Siberia, Jerman, dan yang sekarang disebut Republik Ceko. Di Jerman dan kemudian di Amerika Serikat, sejumlah pabrik dibuka. Mekanisasi dan produksi massal menekan harga, dan pada awal abad ke-20, bahkan anak-anak sekolah menggunakan pensil. Awalnya pensil grafit diberi balutan kertas yang dirobek sesuai keinginan pemakainya. Namun kemudian ditemukan cara lebih praktis dan efisien dengan menyelimuti seluruh batang grafit dengan dua bilah kayu yang ditoreh untuk menyediakan tempat bagi batang grafit dan kemudian disatukan. Pensil di era modern dibuat dengan menghancurkan grafit murni dan tanah liat menjadi bentuk bubuk, diberi air, dianginkan, dan dibakar selama tiga hari, dicetak, dilapisi dengan kayu halus (awalnya lebih banyak dibuat dalam bentuk persegi). Namun hari ini, pensil lebih banyak ditemui bentuk bulat karena lebih nyaman digenggam. Dan selongsong pensil (grafit) tersebut berkembang tidak hanya dalam bentuk kayu, tetapi terbuat dari bahan plastik dan logam seperti yang kita lihat sekarang ini.
Komposisi bahan dan jenis pensil.
     Pensil Grafit.
Pensil grafit adalah pensil yang kita gunakan sehari-hari dan pensil jenis ini merupakan jenis yang paling populer digunakan. Komposisi bahan yang digunakan dalam pensil jenis ini antara lain grafit sebagai bahan utama, kemudian dicampur dengan tanah liat dan bahan pengikat (binder). Grafit adalah bahan mineral/tambang yang merupakan satu keluarga dengan karbon, charcoal, dan diamond. Grafit berwarna iron grey yang mengkilat metalik, selain digunakan sebagai bahan utama pensil grafit juga digunakan sebagai komponen pengecoran logam serta sebagai pelumas. Bahan-bahan tersebut di atas kemudian dicampur dan di cetak dalam bentuk silinder kecil, yang kemudian dimasukan dalam selongosng kayu atau plastik.
Pensil grafit ini mempunyai tingkatan dalam ketebalan dan kerasnya bahan grafit tersebut. Maka dari itu pabrik yang membuat pensil jenis ini mencantumkan kode sebagai penanda dan sekaligus sebagai pembeda karakter pensil. Untuk pengaturan kode dicantumkan dengan kode H (hard) , yang menginformasikan bahwa komposisi grafit/lead yang keras. Yang berati komposisi bahan ini mengandung tanah liat yang dominan. Sedang kode B (boldnes) yang berarti kandungan grafitnya lebih dominan dari tanah liat, sehingga diperoleh ketebalan yang cukup.
Sedang jumlah tingkatan adalah 9 H untuk menandai yang paling keras, sedangkan 8 B untuk menandai yang paling tebal dan lunak. Semakin besar kode angka tersebut maka akan semakin keras untuk kode H dan semakin tebal dan lunak untuk kode B. Kelompok kode H biasanya digunakan untuk menggambar teknik, sedangkan kelompok kode B biasanya untuk menggambar bebas. Sedang untuk tingkatan medium diberi kode HB, digunakan untuk menulis. Perkembangan bentuk pensil ini mengalami perubahan dalam bentuk yang cukup bervariasi. Bentuk pensil tidak hanya silinder, ada juga bentuk polygonal, persegi, dan oval yang mempunyai mata pensil yang lebar.
 Warna pada pensil memperlihatkan area produksinya. Pabrik-pabrik di Amerika Utara memberi warna kuning, Jerman dan Brasil memberi warna hijau. India dan beberapa wilayah Asia memberi warna hitam dan merah. Swiss memberi warna merah. Sedangkan Inggris memberi warna kuning dan hitam. Kebanyakan standardisasi warnaini diciptakan produsen Faber-Castell. Namun ban yak pula produsen yang tidak mengikuti standar ini. Pensil Modern Pensil sekarang adalah alat tuilis dan gambar yang canggih sekaligus serbaguna, yang setiap tahun diproduksi di seluruh dunia hingga milliaran batang. Pensil dapat membuat garis sepanjang 60 kilometer dan menulis 45.000 kata.
     Pensil Konte.
Nama pensil konte di ambil dari nama penemunya yaitu Nicholas Jaques Conte, seorang insinyur berkebangsaan Prancis. Pada dasarnya pensil jenis ini merupakan jenis arang gambar. Hanya saja telah melalui proses pembuatan yang lebih praktis. Yaitu melalui proses produksi dengan dicetak/press dan kemudian dimasukan kedalam tabung (pot), ataupun gulungan kertas yang padat. Keistimewaan dari pensil konte adalah dapat diruncingkan, sehingga dapat dipakai untuk membuat garis-garis detail maupun arsiran yang halus.
Untuk karakteristik dari jenis pensil konte ini mempunyai beberapa karakteristik yaitu, tipe soft, medium dan hard. Nama sebenarnya dari pensil jenis in adalah pensil arang, tetapi kita sudah terlanjur menyebutnya dengan pensil konte. Dimana penyebutan pensil jenis ini kerena merk dagang yang populer adalah Conte.  Yang diambil dari nama penemunya yaitu Nicholas Jaques Conte. 
     Pensil Logam (stifthouder)/Pensil Mekanis.
pada prinsipnya pensil logam (bahasa Belanda : stifthouder) adalah sama dengan pensil grafit. Hanya yang membedakan dalam kemasanya saja atau pembungkusnya. Yaitu grafit tidak lagi di bungkus dengan kayu atau kulit, tetapi menggunakan selongsong logam atau plastik. Dan pensil tersebut sudah diberi tombol mekanis, sebagai alat penekan batangan grafit agar keluar dari selongsong jika akan dipakai.
Pensil mekanis ditemukan di Britania Raya pada 1822 oleh Sampson Mordan dan Gabriel Riddle. Awalnya Pensil Morgan berlabel SMGR. Simpson Morgan terus membuat pensil dan benda perak yang lebar sampai Perang Dunia Kedua, ketika pabriknya dibom.
Antara 1822 sampai 1874, lebih dari 160 hak paten telah didaftarkan berkaitan dengan keanekaragaman untuk mengembangkan pensil mekanis. Pensil mekanis berisi pegas dipatenkan pada 1877 dan mekanisme pengisian melilit dikembangkan pada 1895. Pensil mekanis untuk ukuran 0.9 milimeter dikenalkan pada 1938, dan kemudian diikuti dengan 0.7, 0.5, 0.3 bahkan ukuran 1.4 juga ada dan vesi 0.4, 0.2 kini diproduksi. Pensil mekanis menjadi tenar di Jepang dengan beberapa pengembangan di tahun 1915 oleh Tokuji Hayakawa, seorang pekerja besi yang selesai magangnya. Pensil mekanis ciptaannya dinamakan Ever-Ready Sharp Pencil.

     Pensil Warna.
Pensil warna merupakan perkembangan dari pensil hitam, dimana untuk memenuhi kebutuhan para seniman atau ilustrator. Kegunaan dari pensil warna yang praktis memudahkan dalam membuat karya seni seperti desain, ilustrasi dan drawing. Komposisi dari pensil warna tentunya berbeda dengan pensil hitam. Komposisi dari warna pensil warna terdiri dari Leads, untuk pensil warna merupakan campuran antara pigment (organic dan inorganic), Kaolin, Carboxy Methyl Cellulose, Wax dan Surfactant. Bahan-bahan tersebut harus dicampur, dan di bentuk sehingga menjadi bentuk leads yang sempurna. Leads tersebut lalu dipotong dengan ukuran pensil dan melewati proses pengeringan.Setelah Leads mengering, leads dimasukkan ke dalam dua lembaran kayu yang sudah dicetak dengan bentuk alur dengan tambahan lem perekat. tersebut lalu di panaskan sehingga pensil tidak mudah patah.
Setalah semua komposisi bahan tersebut masuk dalam selongsong kayu, kemudian proses terakhir adalah pemberian warna pada selongsong kayu tersebut. Biasanya pemberian warna disesuaikan dengan warna dari leads pensil tersebut. Setelah itu baru proses pemberian merk atau branding. Secara historis perkembangan dari pensil warna ini, di kembangkan oleh Kaspar Feber yang mendominasi produk pensil di dunia. Yang kemudian dikembangkan oleh anaknya Anton Wilhelm, yang kemudian memegang indusrti pensil ternama yaitu A.W. Faber Castel. Dalam perkembangan selanjutnya, pensil warna penggunaanya menggunakan campuran air untuk mendapatkan kesan aquarel. Pensil warna jenis ini penggunaannya dengan cara menggoreskan lebih dulu di permukaan kertas, kemudian setelah itu goresan tadi disapu dengan kuas yang sudah dicelupkan ke air. 

sumber: http://alixbumiartyou.blogspot.com/2013/04/normal-0-false-false-false.html 

0 komentar:

SENIMAN, PANTASKAH DIHARGAI (?)

Banyak orang berkata bahwa seni adalah makanan bagi jiwa, menawarkan ketenangan batin, merevitalisasi hidup dan sebagainya. Dan itu adalah benar. Tapi seringkali pandangan seperti ini yang terkadang malah merugikan seniman itu sendiri, termasuk pemusik.
Ini benar-benar terjadi dan pandangan seperti di atas sepertinya menjadi justifikasi bahwa seniman termasuk pemusik layak untuk hidup susah dan kurang dihargai.
Bagaimana itu mungkin? Mari kita telusuri pemikirannya.
Seni sebagai sebuah entitas telah diagungkan selama berabad-abad, bahkan sebelum sejarah ditulis. Seni sudah diangkat menjadi kebutuhan ekspresi bahkan makanan bagi jiwa, menyegarkan pikiran, penjaga peradaban dan lain-lain. Itu semua tidak salah dan benar adanya.
Tapi seringkali perspektif macam ini malah menjadi batu sandungan. Betapa banyak pelatih sukses yang berpendapat bahwa mereka yang beruntung dan bahagia adalah mereka yang menyenangi dan menikmati pekerjaannya.
Seniman langsung digolongkan ke dalam tipe ini. Kebanyakan seniman memilih menjadi seniman karena mereka mampu melakukan berseni dan yang kedua mereka pastinya sangat menyukai proses berseni itu sendiri dan karenanya dia adalah orang yang beruntung dan bahagia.
Sekarang mari kita kupas mengapa orang bekerja banting tulang. Kebanyakan dari mereka ingin mencari kabahagiaan yang mungkin dapat terpenuhi sedikit banyak dari uang yang dihasilkan oleh bekerja tersebut. Ya, tujuan utamanya mencari kebahagiaan hidup.
Nah sekarang kebanyakan orang memakai logika terbalik yang aneh. Kebanyakan berpikir bahwa apabila kebahagiaan sudah dapat terpenuhi, untuk apa materi banyak-banyak. Toh tujuan akhirnya tercapai, yang penting bahagia.
Pembaca sekalian, seni bukanlah barang murah dan kita semua menyadarinya. Betapa banyak modal yang harus mereka relakan menyediakan medium untuk menghasilkan sebuah karya, baik tenaga, materiil, waktu serta pikiran.
Inilah yang menyebabkan lebih banyak seniman yang hidup susah. Banyak di antara seniman yang berkualitas sekalipun harus berjibaku dengan dunia materiil ini.
Hal yang sama juga terjadi pada para pendidik yang dengan slogan ‘pahlawan tanpa tanda jasa’ terus terinjak menjadi ‘pahlawan yang sepertinya tidak pernah berjasa’. Juga pada atlet-atlet senior yang telah mengharumkan nama bangsa tetapi hidup melarat di masa tuanya.
Untuk dapat terus berkarya bukan hanya kepuasan pribadi saja yang menjadi perhatian namun penghargaan, apresiasi atau respek seperti apa yang dapat diberikan kepada para seniman.
Seringkali seniman tidak mendapat respek yang layak, bahkan terkadang ucapan terimakasih pun tidak keluar untuk musisi yang sudah dengan tanpa pamrih meluangkan waktu dan tenaga. Lupakan soal apresiasi dalam bentuk materi, apabila ucapan terimakasih saja sulit diutarakan.
Inilah yang menyebabkan bekerja untuk seni adalah sesuatu yang berat. Kadang berekspresi harus terbentur dengan selera masyarakat yang ngoyo, dan banyak hal lainnya. Kurangnya apresiasi juga yang menyebabkan banyak orang berpikir dua kali untuk terjun ke dunia seni. Ini juga yang menyebabkan seni menjadi profesi langka di negara yang minim apresiasi seperti Indonesia. Masih kita saksikan pembajakan bertebaran di mana-mana.
Padahal seni tidak akan ada apabila tidak ada yang mampu mengapresiasi. Seni tidak bisa berdiri hanya dengan bermodalkan seniman-seniman nekad. Seni tidak eksis apabila publik yang membutuhkannya juga tidak eksis. Seniman tidak akan bertahan tanpa ada publik yang sadar bahwa seni dibuat bukan hanya demi seni itu sendiri melainkan juga bagi masyarakat di sekeliling.
Untuk itu mari kita apresiasi seniman-seniman kita dengan lebih baik. Ketika seni kuat dan diapresiasi, di saat itulah lahirnya suatu identitas, bukan hanya bagi seniman, tetapi juga bagi manusia secara umum.

sumber: http://musicalprom.com/2008/05/12/seniman-pantaskah-dihargai/

0 komentar:

TERNYATA MENGAJARKAN MENGGAMBAR DAN MEWARNAI SEJAK DINI, BANYAK MANFAATNYA!

Aktivitas mewarnai dan menggambar sama-sama merupakan buah dari pembelajaran dan penghayatan
seorang anak. Keduanya berfungsi untuk membantu mengembangkan kecerdasan otak anak, khususnya untuk melatih otak kanan dalam bidang seni. Namun keduanya memiliki hasil akhir (output) yang berbeda. Kalau mewarnai menghasilkan suatu kreasi warna sedangkan menggambar menghasilkan suatu bentuk sesuai imajinasi anak.
Mewarnai dan menggambar sangat baik bila diperkenalkan sejak dini oleh anak usia pra sekolah. Tetapi yang harus kita ingat, jangan pernah melarang anak untuk mengkreasikan imajinasinya. Baik dalam segi pewarnaan maupun dalam menggambarnya. Misalnya ketika anak menggambar bola yang bentuknya kotak sekalipun, jangan dilarang, dimarahi atau didikte. Biarkan imajinasinya berkembang sendiri. Sebaiknya beri penghargaan terlebih dahulu kemudian gali alasannya kenapa ia memilih warna itu dan menggambar bentuk itu. Kita akan takjub dan kagum mendengarnya karena jawaban mereka merupakan cerminan dari imajinasinya.
Pada tahap awal agar anak mendapatkan hasil yang lebih baik, kita dapat mengarahkan mereka untuk belajar mewarnai terlebih dahulu. Kemudian pada tahap selanjutnya baru mengarahkan anak untuk menggambar.
Mewarnai
Menurut Femi Olivia dalam bukunya Gembira Bermain Corat-Coret, mewarnai merupakan suatu bentuk kegiatan kreativitas, dimana anak diajak untuk memberikan satu atau beberapa goresan warna pada suatu bentuk atau pola gambar, sehingga terciptalah sebuah kreasi seni.
Ada banyak manfaat mewarnai bagi anak, yaitu :
  • Melatih anak mengenal aneka warna dan nama-nama warna
m2
  • Melatih anak untuk memilihi kombinasi warna dan membantu anak untuk belajar keserasian dan keseimbangan warna
  • Stimulasi daya imajinasi dan kreativitas
  • Melatih mengenai objek sehingga anak memahami detail objek yang akan diwarnai terlebih dahulu sebelum mereka mewarnai
  • Melatih anak membuat target. Proses mewarnai membutuhkan satu target yaitu berhasil mewarnai seluruh bidang gambar yang tersedia. Jadi anak belajar untuk menyelesaikan tugas yang dihadapinya sesuai target.
  • Melatih anak mengenal garis batas bidang.
  • Dimasa awal ketika anak memulai aktifitas mewarnai, mereka tidak akan peduli dengan garis batas gambar dihadapannya. Hal tersebut wajar-wajar saja, biarkan anak merasa nyaman dan excited terlebih dahulu dengan aktivitas mewarnainya
  • Melatih keterampilan motorik halus anak sebagai salah satu sarana untuk mempersiapkan kemampuan menulis
  • Melatih kemampuan koordinasi antara mata dan tangan. Mulai dari bagaimana cara yang tepat menggenggam krayon, hingga memilih warna dan menajamkan krayon.
Mengembangkan kemampuan motorik
Aktivitas mewarnai merupakan aktivitas yang dapat membantu meningkatkan kinerja otot tangan sekaligus mengembangkan kemampuan motorik anak. Kemampuan tersebut sangat penting dalam perkembangan aktivitasnya kelak, seperti dalam mengetik, mengangkat benda dan aktivitas lainnya dimana dibutuhkan kinerja otot lengan dan tangan dalam prosesnya
Melatih konsentrasi dan ketahanan mental terhadap lingkungan.
m3Aktivitas mewarnai dapat melatih konsentrasi anak untuk tetap fokus pada pekerjaan yang dilakukannya meskipun banyak aktivitas lain yang terjadi disekelilingnya. Seorang anak yang sedang menyelesaikan tugas mewarnai akan fokus pada lembar gambar yang sedang diwarnainya, sehingga sekalipun pun di sekelilingnya ribut dengan aktivitas anak-anak lain, ia akan tetap fokus menyelesaikan tugas mewarnainya. Dalam mewarnai, anak juga dilatih konsentrasinya agar tidak melewati garis yang membentuk objek yang diwarnai.
Hal yang harus selalu kita ingat, bahwa ketika anak sedang mewarnai biarkan mereka bebas menentukan sendiri warna apa yang diinginkannya. Jangan mendikte anak sehingga membuat mereka merasa tertekan dan kehilangan semangat. Terkadang ada pula anak yang menjadi mogok mewarnai karena mendengar respon negatif dari orangtuanya. Misalnya “warnanya jangan keluar garis dong”, “kertasnya jangan sampai kotor”, “Punya kakak lebih bagus, adik juga dong” atau “jangan berantakan kasih warnanya.”
Bila kita lihat pemberian warna anak kurang rapi dan kurang rata, berilah dukungan pada mereka. Hargai hasil karyanya dengan memberikan pujian agar mereka lebih semangat. Kemudian kita berikan contoh padanya bagaimana cara memegang krayon supaya warnanya lebih rata. Atau kita juga dapat mewarnai bersama dengan anak sehingga mereka merasa nyaman dan senang melihat orangtuanya juga mau melakukan kegiatan tersebut. Kita juga dapat memotivasi anak untuk mengulang mewarnai kembali supaya hasilnya lebih baik dan rapi. Bila anak tidak mau, jangan kita paksa.
Menggambar
Menurut wikipedia menggambar merupakan kegiatan membentuk imaji, dengan menggunakan banyak pilihan teknik dan alat. Yang sering digunakan adalah pensil grafit, pena, kuas tinta, pensil warna, crayon, pensil konte, dan spidol. Bisa pula dengan peralatan digital seperti stylus, mouse, atau alat lain yang menghasilkan efek sama seperti peralatan manual. Media permukaan yang sering digunakan adalah kertas, meskipun tidak menutup kemungkinan pula digunakannya media lain seperti kain, permukaan kayu, dinding, dan lain-lain.
m4
Manfaat yang dapat diperoleh anak lewat aktivitas menggambar adalah sebagai berikut :
  • Stimulus minat belajar bagi anak (proses perkembangan aspek kognitif)
  • Mengekpresikan bentuk-bentuk emosi yang dirasakan anak dan disalurkan dalam bentuk gambar
  • Melatih gerak tangan untuk menghasilkan bentuk atau gambar yang lebih baik (kecerdasan motorik halus anak)
  • Proses pembelajaran anak untuk mengungkapkan apa yang ada dipikirannya saat itu, menuangkan idenya, memvisualisasikan dan merealisasikan imajinasinya dalam sebuah karya seni
  • Stimulus anak untuk aktif bertanya tentang ini dan itu
  • Membantu meningkatkan konsentrasi
  • Melatih daya ingat
  • Melatih kesabaran, ketelitian dan keuletan anak dalam menghasilkan sesuatu
Mengenalkan aktivitas menggambar sebaiknya disesuaikan dengan usia dan perkembangan anak. Idealnya pada usia 3 tahun anak mulai dikenalkan dengan aktivitas ini. Carilah bentuk gambar sederhana untuk diperkenalkan kepada anak. Misalnya bentuk lingkaran atau garis lurus. Kemudian perlahan seiring dengan perkembangan dan usia anak, perkenalkan bentuk-bentuk dan gambar lain yang lebih kompleks. Jangan memarahi, mendikte dan mengkritik anak bila gambar mereka masih berantakan dan belum proporsional. Seiring dengan waktu kemampuan anak akan menjadi lebih baik.(Bunda Ranis)

0 komentar:

MENGENAL LEBIH DALAM KEHIDUPAN LEONARDO DA VINCI

Leonardo da Vinci terlahir dengan nama lengkapLeonardo di Ser Piero, lahir tahun 1452 dan meninggal tahun 1519. Leonardo lahir di Vinci, Firenze, Italia dan meninggal di Prancis. Asal mula nama Leonardo da Vinci menandakan dia berasal dari daerah Vinci (da diartikan sebagai from dalam bahasa Inggris). Leonardo dikenal sebagai seniman yang kemudian mengaplikasikan karya seninya ke dalam temuan-temuan bidang ilmiah, dan konsep-konsep temuannya-lah yang dipakai dalam pembangunan teknologi modern setelahnya. Kejeniusannya melingkupi banyak bidang di antaranya bidang seni, musik, kedokteran, arsitek, pahatan, tulisan, anatomi, astronomi, teknik sipil, hingga kuliner. Kejeniusan atas karya dan pemikirannya membawa kemajuan pada peradaban manusia lintas bidang pengetahuan. Ia seorang pemikir keras dan bersenang-senang dengan apa yang ia pelajari tanpa sedikitpun tanda kesusahan. Leonardo dihormati dimana-mana dan terkenal jenius bagi seniman-seniman seangkatannya. Ia bisa menyejajarkan seni dan ilmu pengetahuan dan temuannya dipakai hingga kini. Mari kita mengenal fakta kehidupannya lebih dalam lagi.
Ada banyak sekali fakta menarik kehidupan sang jenius Leonardo da Vinci yang sering atau pun jarang kita ketahui, di antaranya:
1. Pada usia belia, Leonardo sudah belajar melukis dengan Andrea del Verrocchio dan mulai melukis di Firenze. Verrochio menyatakan pensiun melukis setelah menyaksikan bahwa lukisan muridnya yang satu ini lebih bagus dari lukisannya sendiri.
2. Leonardo membantu Raphael dan Michaelangelo dalam merancang katedral Santo Petrus.
3. Ia pernah menulis catatan rencana akan karya-karyanya yang hendak diciptakan sebanyak 7.000 halaman.
4. Pemikirannya tentang burung kemudian membawanya pada konsep mesin terbang.
5. Ia mengembangkan pengetahuan anatomi dengan memberanikan diri membedah tubuh orang mati yang pada saat itu menjadi larangan pemerintah dan temuannya kemudian membawa manusia di zamannya menjadi lebih maju dalam pengetahuan anatomi, khususnya di bidang kedokteran.
6. Leonardo hidup di zaman Renaissance (zaman pencerahan) di Eropa dan dikenal sebagai “Master of Renaissance”.
7.Leonardo Da Vinci menulis dari kanan ke kiri. Jadi bila ingin membaca tulisannya harus memakai cermin.
8. Maha karyanya yang sangat terkenal hingga kini adalah The Last Supper dan Mona Lisa.
9. Dia memiliki kemampuan untuk menulis satu kalimat dengan tangan kanannya dan kalimat yang berbeda dengan tangan kirinya
10. Dia menemukan gunting.
11. Dia membuat rancangan arsitek, tetapi belum pernah buat bangunan.
12. Dia kehilangan sebagian besar lukisan dan gambar yang dibuatnya di Milan.
13. Dia menemukan konsep teknologi-teknologi modern sekaligus desainnya tetapi tidak dapat diciptakan satu pun di zamannya. Rancangannya antara lain: sepatu air, pelampung, kincir air, gambar-gambar rantai, mesin pintal, mesin giling gandum, mesin cetak, kapal selam, senapan mesin, bom, parasut, tank, mobil, helikopter, dan pesawat terbang.
14.Saat mempelajari anatomi, ia suka pergi malam-malam, membongkar kuburan, dan mengambil mayat orang tidak dikenal yang sudah hampir busuk dan membedahnya. Sepanjang hidupnya tidak kurang 30 mayat yang ia bedah dan pelajari.
15. Leonardo da Vinci adalah pembelajar yang gila yang mempelajari semua hal tanpa batas dan bersenang-senang dengan itu semua.
16. Ia pernah membuat desain robot yang dikenal dengan nama “Robot Leonardo”. Rancangan itu dianggap sebagai desain robot pertama sepanjang sejarah.
17. Leonardo dikenal sebagai sosok yang perfeksionis. Terbukti dari hasil karyanya yang sering diperbaiki jika menurutnya kurang pas.
18. Leonardo juga ahli di bidang tata kota dan bahkan memajukan pembangunan suatu kota lengkap dengan pelebaran jalan dan sungai menggunakan kanal.
19. Leonardo pernah membuat alat musiknya sendiri dan piawai memainkannya.
20. Pada tahun 1476 tertuduh dengan kasus homoseksual dengan seorang model laki-laki berusia belasan tahun yang bernama Jacopo Saltarelli.

Contoh karyanya yang terkenal:

Mona Lisa (1497)
8959aa22edbe11767b28f55beb5286b8_lgpp30545mona-lisa-leonardo-da-vinci-posterLukisan tersebut merupakan lukisan yang sangat terkenal hingga kini. Lukisan ini mengandung banyak sekali misteri yang hingga saat ini belum terungkap jelas siapa orang yang dilukis oleh Leonardo, apa motivasinya dan apa sebenarnya tujuan ia melukisnya. Lukisan ini terlihat simple atau biasa saja, tetapi jika lebih diperhatikan lagi, akan terlihat jelas apa sebenarnya yang menjadi daya tarik dari lukisan ini. Ada banyak sekali. Terlebih jika kita memperhatikan tatapan mata dan senyumannya dan latar belakang lukisannya. Tatapan mata dengan paduan senyuman yang terlihat sangat misterius. Butuh waktu bertahun-tahun ia menyelesaikan lukisan ini dan beberapa kali ia memperbaiki sisi lukisan terlebih sisi senyuman objeknya. Lukisan Mona Lisa menyimpan banyak sekali misteri dan banyak juga ilmuwan yang mengidentifikasikan lukisan ini sebagai lukisan yang menyimpan kode-kode yang dibuat oleh Leonardo. Beberapa peneliti mengungkapkan bahwa ada inisial yang berbeda di kedua mata lukisan Mona Lisa. Ada juga yang bilang latar belakang lukisan tersebut membentuk objek yang berbeda dari apa yang seharusnya. Terkait objek yang dilukis, Mona Lisa diyakini sebagai istri dari saudagar pada masanya yang bernama Lisa Gherardini. Mona diartikan sebagai ‘nyonya’ dengan demikian Mona Lisa berarti Nyonya Lisa. Ada juga yang justru berpendapat bahwa objek dari lukisan tersebut adalah potret diri Leonardo da Vinci sendiri yang dilukis dengan variasi berbeda yang tentu saja menyimpan rahasia tersendiri dari pelukisnya.

The Last Supper (1495)
3fbe0bc4d61cbcb45af277a936124fe2_e2eba5f8ae7f3a80413db41c801adbf1_last_supper_davinciLukisan ini dikenal sebagai Perjamuan Terakhir Yesus dengan murid-Nya sebelum iawafat oleh penyaliban. Di dalam novel karya Dan Brown dan film yang berjudul The Da Vinci Code, lukisan ini menyimpan makna misterius dan membentuk kode bahwa ada hubungan romantika Yesus dengan salah seorang murid-Nya, Maria Magdalena. Lukisan ini menggambarkan bagaimana perjamuan Yesus di malam terakhir-Nya berkumpul bersama dengan murid-muridNya sebelum ia ditangkap untuk melewati proses penyaliban dan wafat di kayu salib seperti yang dikisahkan Injil. Dalam film dan novel The Da Vinci Code, lukisan ini digambarkan sebagai kode yang dibuat oleh Leonardo untuk menggambarkan bagaimana romantika yang terjadi antara Yesus dengan Maria Magdalena yang bertentangan dengan iman Kristen. Biar bagaimana pun kontroversinya, lukisan ini tetap merupakan maha karya besar dari sosok jenius Leonardo da Vinci yang akan dikenang sepanjang zaman.
Kisah hidup Leonardo da Vinci memang tidak lepas dari fakta-fakta yang memperjelas kejeniusannya sebagai seniman dan ilmuwan. Karya-karya besarnya akan terus diingat, demikian juga pemikirannya yang ia wariskan kepada ilmuwan setelahnya. Sudah terlahir seseorang yang jenius dalam karya maupun pemikirannya dan sebagai contoh orang yang menikmati apa yang ia pelajari tanpa batasan bidan apapun, yang penting dia senang dan menikmati apa yang ia pelajari. Orang itu adalah Leonardo da Vinci, terlahir 500 tahun yang lalu. Leonardo pun meninggal di umurnya yang menginjak 67 tahun di kota Indre-et-Loire, Prancis dan dimakamkan diKapel St. Hubert di kastel Amboise, Prancis
 
sumber : http://artofthinking2.blogdetik.com/2012/05/07/fakta-menarik-kehidupan-leonardo-da-vinci/

0 komentar:

MEREKA BERCERITA LEWAT LUKISAN

Agus Siswanto (Agusis) bersama lukisan-lukisannya di rumahnya, Kamis (16/8/2012). Agusis termasuk pelukis Solo yang sangat rajin berpameran. (FOTO: Adib Muttaqin Asfar/JIBI/SOLOPOS)
“Dulu banyak orang yang menganggap ini bukan gambar,” kata Agus Siswanto atau Agusis, pelukis Solo yang dikenal dengan gaya naifismenya itu. Maklum, lukisannya memang tidak melulu menampilkan keindahan yang dicari sebagian orang.
Di rumahnya, Jl Nusa Indah IV, Madyotaman, Ketelan, Banjarsari, berderet lukisan-lukisan yang telah dihasilkannya beberapa bulan terakhir. Dari banyak lukisan kanvas tersebut, tidak ada satupun gambar panorama atau potret manusia. Sekilas lukisannya mirip dengan gambar buatan anak-anak, tapi ada cerita yang muncul susunan obyek-obyek itu. Ada gambaran detil bagaimana perajin batik memoles kain polos jadi batik, proses produksi di pabrik batik bahkan gambaran orang-orang yang berbondong-bondong belajar batik.
“Naifisme itu memang seperti kekanak-kanakan, lugu, jujur, apa adanya, enggak dipercantik. Biasanya memang menggunakan penyederhanaan bentuk,” katanya saat ditemui di rumahnya, Kamis (16/8) lalu. “Menggambarnya santai, kalau mletot dikit enggak ada beban karena mainnya di konsep.”
Aliran ini sebenarnya sudah populer di dunia, termasuk Indonesia sejak era 1990-an lalu. Terinspirasi dari karya beberapa maestro pelukis seperti Pablo Picasso dan Widayat sejak masih kuliah di ISI Solo, Agusis memang mantap menekuni naifisme sebagai pilihannya dalam berkarya. Menurutnya ini lebih menantang dari pada pembuatan lukisan realis yang pernah dibuatnya saat masih SMA.
Tantangan tersebut adalah bagaimana memasukkan cerita atau narasi ke dalam selembar kanvas. Di dalam setiap lukisan Agusis, pasti ada cerita yang diusung karena itulah kekuatan utamanya. Sebelum melukis, Agusis terlebih dulu harus menyiapkan konsepnya secara matang dan melalui berbagai riset. “Inilah yang sulit. Apa yang tidak ada di dunia, kita wujudkan.”
Contoh terbaru adalah saat membuat rangkaian lukisan bertema Batik Mendunia yang kini sedang gencar dibuat dan dipromosikan di berbagai pameran. Meskipun alirannya tetap naifisme, Agusis sama sekali tidak pernah mengabaikan detil obyek yang dilukisnya. Bentuk wajah manusia memang biasa saja, tapi lukisan kain batik, peralatan membatik sampai lingkungan di sekitar pembatik terekam jelas secara detil. Untuk mengungkap detil batik inilah Agusis melakukan beberapa riset.
Untuk melukis batik, Agusis mempelajari berbagai motif batik dari berbagai daerah di Indonesia. Motif-motif itulah yang diadopsinya saat menggambarkan ibu-ibu yang sedang membatik atau para kepala negara yang pakai baju batik. Hasilnya, orang yang teliti bisa menemukan batik mana yang ada dalam lukisan Agusis. “Bagi saya ini seperti paper atau tesis, tapi dalam bentuk lukisan.”

Konsep
Konsep dan detil menjadi kekuatan utama beberapa pelukis dan membuatnya beda dengan lukisan yang dijual di jalanan. Hal ini pula yang dirasakan oleh Herri Soedjarwanto, pelukis Solo yang kini lebih dikenal dengan karyanya yang realis. Ada banyak pelukis realis di Indonesia. Yang berbeda, Herri selalu mengusung konsep dan detil di setiap karyanya.
“Biasanya orang melukis manusia itu sangat detil, tapi pemandangan malah tidak detil. Bagi saya lukisan landscape juga harus detil,” katanya saat ditemui di rumahnya, Jl Anggur VII, Jajar, Solo, Jumat (17/8) lalu.
Sebuah lukisan landscape yang baru saja selesai dibuat Herri di rumahnya menunjukkan kekuatan itu. Sekilas lukisan itu seperti gambaran keindahan panorama Bali biasa, dengan para wanita di tengah hamparan sawah, Gunung Agung di seberang, sungai kecil dan dua perempuan sedang di dapur mereka. Tapi sesungguhnya ada cerita yang terselip di dalamnya. “Gunung Agung seperti kiblat bagi orang Bali, semua obyek ini berkiblat ke sana. Ini ada orang-orang mengurus padi di sawah, kemudian ditumbuk dan dimasak mereka sendiri. Ayam-ayam ini juga ikut memakannya.”
Lukisan itu memang gambaran tentang pedesaan Bali, tapi sesungguhnya semua itu sudah tidak bisa lagi ditemui. Justru dengan lukisan itu, Herri ingin membangkitkan memori orang akan suasana Bali di era 1960-an yang kini hilang. Kesederhanaan dan keharmonisan Bali tempo dulu itu kini banyak dicari orang. “Saya tantang para fotografer, coba temukan pemandangan ini. Saya yakin tidak akan ketemu.”
Herri memang sudah terbiasa dengan konsep dan detil dalam lukisan-lukisan realisnya. Hal ini sudah diakui berkali-kali oleh para penikmat lukisannya, termasuk para petinggi pemerintahan semasa Orde Baru. Ceritanya saat itu Dullah (yang dikenal sebagai maestro realisme) hendak menggelar pameran di Jakarta. Karena Dullah hendak menampilkan lukisan tentang Bung Karno, pemerintah tidak setuju kecuali ada lukisan lain yang menggambarkan Pak Harto. “Pak Dullah pusing, akhirnya dia minta seluruh muridnya mengajukan konsep tentang lukisan Pak Harto, ternyata punya saya yang dipakai. Ini prestise buat saya.”
Konsep lukisan Pak Harto itu memang berbeda. Jika biasanya orang lebih banyak menggambarkan tokoh dalam posisi yang sangat formal, maka Herri menempatkan wajah Pak Harto dalam sebuah cerita. Dalam lukisan Herri, Pak Harto digambarkan sedang bersama anak-anak buahnya mempersiapkan Serangan Umum 1 Maret. Oleh Dullah, lukisan itulah yang dikirim untuk dipamerkan di Jakarta. Pihak Istana Negara pun senang dan lukisan itu menjadi satu-satunya lukisan yang mereka beli dalam pameran tersebut.

sumber: http://www.solopos.com/2012/08/21/mereka-bercerita-lewat-lukisan-320879

0 komentar:

SENIMAN ISLAM DITENGAH MASYARAKAT MODERN (?)

Di Indonesia seniman Muslim tidak mendapat kedudukan yang baik, serta dapat perlindungan dari para ahli-ahli agama, banyak para seniman Muslim, karena banyak rintangan serta banyaknya masalah yang harus dihadapi, bukan hanya dihadapi oleh orang luar saja, tetapi juga para ulama memusuhinya, sedangkan peranan seniman punya arti yang penting di kalangan masyarakat, punya arti yang berguna di kalangan   penggemarnya.[2]

Di masa Bahrum Rangkuti diganyang segolongan umat Islam karena berani-beraninya menyandiwara-radiokan Sinar Memancar dari Jabal An-Nur. Dari tahun ke tahun RRI menyiarkan saduran dari The Christmas Carol karangan Charles Dickens. Satu tema cerita Natal yang dialih-suasanakan kepada lingkungan Islam semalam sebelum lebaran. Mengapa harus melalui cerita Natal untuk sampai kepada cerita Idul Fitri? Demikian agaknya Rangkuti bertanya.
Asrul Sani dan Usmar Ismail, tokoh-tokoh seniman Lesbuni beberapa tahun yang lalu telah mencoba mengikut-sertakan film dan teater sebagai alat dakwah untuk Islam.
Film Sehelai Rambut Dibelah Tujuh ditonton oleh umat Islam dengan penuh minat dan saya merasa gembira waktu melihat haji-haji berduyun-duyun masuk bioskop menonton film. Masya Allah! Riwayat hidup pahlawan srikandi Cut Nya' Din disendratarikan di Senayan dan para penonton umat Islam terpesona melihatnya.
Akan tetapi usaha-usaha pengintegrasian seni modern ke dalam dakwah Islam ini sayang sekali berhenti karena besarnya perlawanan dari dalam.
Apakah imajinasi manusia seniman harus dikekang selama-lamanya, mengingat diri pada kaidah-kaidah yang telah membeku, atau menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakat yang dinamis, senantiasa berubah?
 Jangankan akan mempergunakan media seni modern, kemajuan yang sudah diperoleh pun hendak dihentikan. Terbetik berita bahwa drama Diponegoro, Iblis, yang dipentaskan di Jogja—dan sudah berpuluh kali sebelumnya dipentaskan—mendapat gangguan dari orang yang tak menyenanginya, karena di dalamnya ditampilkan Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, dan Iblis.[3]

Kita merasa bangga bahwa Dante Alighieri karena pengaruh cerita mi'raj Nabi Muhammad menulis karyanya yang abadi Divina Comedia, tapi manakah seniman kita sendiri yang membuat karya demikian tentang mi'raj Nabi Muhammad? Divina Comedia adalah saduran bebas dari kisah mi'raj Nabi Muhammad melalui buku Ibnu 'Arabi yang berjudul Al-Futuhat Al-Makkiyah yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan tersebar luas di Eropa permulaan Renaissance.[4]

Kita terlalu banyak puji diri dan angkat diri, tapi tanpa memperlihatkan bukti yang nyata akan kelebihan kita di atas orang lain. Kita terlalu cepat marah apabila ditunjuki orang kesalahan kita, sehingga lupa berintrospeksi dan kemudian secara positif memperbaiki apa yang harus diperbaiki. Padahal dari musuh pun kita banyak bisa belajar, barangkali justru dari ucapan dan perbuatan musuh yang tanpa tedeng aling-aling.
Dari sahabat kita justru mendengar yang baik-baik saja, elusan-elusan yang sekadar basa-basi dan menyamankan hati, sehingga kita terlalu dan terlelap. Kita dengan bangga bertahan dalam ketidaktahuan dan ketidakmampuan, kita bangga dalam tidak berkarya dan dengan demikian terus ketinggalan oleh umat yang lain.

Tanpa pengertian terhadap karya seni dari golongan agama, seniman dan karyanya akan senantiasa terancam pengganyangan dari pihak yang tidak mengerti hakekat seni, seniman akan senantiasa diganggu dengan demonstrasi­demonstrasi, rapat-rapat raksasa, sabotase-sabotase terhadap seniman dan hasil karyanya yang dianggap bersalahan dengan kaidah-kaidah agama, orang akan menghancurkan lukisan-lukisan dan patung-patung, orang akan membakar hasil-hasil karya sastra, orang akan menyerbu gedung-gedung bioskop yang mempertunjukkan film-film yang tidak disenangi, orang akan menggagalkan pertunjukan tarian dan sandiwara, orang akan menggagalkan pertunjukan tarian dan sandiwara, orang akan mendatangi dan mengancam stasiun-stasiun radio dan televisi. Dan semua itu karena tidak mengerti hakekat karya seni.

Berapa kali kita telah memprotes dan melarang pertunjukan film luar negeri karena dianggap ceritanya tidak sesuai dengan cerita yang tersebut dalam Al Qur'an? Apakah hak kita untuk melarangnya kalau itu memang sesuai dengan Bible? Atau karena pertimbangan teknis memang sutradaranya telah mengadakan perubahan-perubahan untuk mencapai efek estetis yang lebih besar?
Ketiadaan pengertian hanya merugikan kita sendiri. Tertutup mata dan hati kita terhadap masalah besar yang diungkapkan seniman dan terhadap kemajuan-kemajuan di bidang perfilman.
Dengan sikap yang tidak toleran begini apakah kita mengharapkan dapat menghapuskan apa yang kita anggap kekeliruan itu dari seluruh muka bumi? Dapatkah kita memprotes negaraJain yang membiarkan imajinasi senimannya yang memberikan gambaran 'keliru' itu dan bersedia berperang fisabilillah untuk itu?
Saya kira dalam hal yang demikian sebaiknya seluruh umat dianjurkan untuk melihat dan dalam pada itu dijelas­kan bahwa gambaran itu adalah keliru atau tidak sesuai dengan gambaran Kitab Suci Al-Qur'an. Jadi pengetahuan tentang Al-Qur'anlah yang ditingkatkan dan jika bersalahan pula dengan kaidah, pengetahuan tentang kaidahlah yang ditanamkan dengan intensif.

Tentu saja orang bebas mengkritik berdasarkan pengetahuan kaidah agama dan di sinilah tugas seorang kritikus seni yang merasa terpanggil untuk menegakkan agama Allah. Dengan demikian masalahnya tetap diselesaikan dengan cara pengertian seni dan bukan dengan cara non-budaya.
Kini kita bicara tentang kritik seni, termasuk di dalamnya kritik sastra, kritik seni lukis, dan seni pahat, kritik film dan sandiwara, kritik musik dan seni tari. Tempatnya berpijak dan tanggapan dunialah yang menentukan corak pandangan seorang kritikus seni. Dan karena kita negeri Pancasila yang demokratis, kritik seni tidak hanya bertolak dari satu pola pemikiran saja.

Saya mengharapkan emansipasi atau peningkatan pengertian dari pihak masyarakat, dan sebaliknya saya pun mengharapkan peningkatan pengetahuan para seniman mengenai kaidah-kaidah agama, sehingga mereka dengan kesadaran penuh dapat mengungkapkannya sesuai dengan kaidah-kaidah tersebut, tanpa meniadakan kemerdekaannya mencipta. Sebab alangkah membosankan cerita yang di dalamnya tidak nampak pergolakan batin manusia-manusia yang hidup dengan nafsu-nafsunya sebagai manusia.
Saya pun menginginkan lahirnya kritikus-kritikus sastra Islam yang dengan pengetahuan tentang agamanya dapat menilai karya-karya seniman Islam dari sudut KeIslaman, tanpa menghadapkan paksaan kepada kebebasan mencipta pengarang.

Apabila (sebagian) golongan Islam tidak merubah sikapnya terhadap seniman, maka saya kuatir para seniman pada suatu ketika akan terjadi perpisahan antara seniman dan masyarakat Islam, perpisahan yang mungkin meruncing menjadi permusuhan yang tak ada gunanya malahan merugikan bagi kedua belah pihak

sumber: http://inspirasi.co/polemik_yang_melegenda/post/7/50/seniman_islam_di_tengah_masyarakat_modern1_-_hb_jassin

0 komentar:

Copyright © 2013 WORLD OF ARTS NO LIMITS.