Nama Salvador Dali
sudah saya kenal sejak kecil. Kumis aneh dan uniknya, hasil karyanya
yang selalu membuat jidat berkerut, mulut antara terbuka dan berdecak,
membuat saya pengagum berat seniman asal Spanyol
ini. Ide yang disalurkan menjadi olahan seni melalui tangannya yang
mencengangkan kerap membikin orang menganggapnya setengah gila.
Benarkah
dirinya gila seperti yang digosipkan banyak kalangan? Bagi saya,
seorang seniman memang seringnya nyerempet ke arah nyentrik. Dari mulai
pakaiannya, gaya hidupnya sampai cara bicaranya pun kadang unik. Mungkin
karena itulah mereka jadi kaya dengan ide cemerlang? Cara pikirannya
yang tak hanya hitam putih tapi penuh corak warna yang terbendung
dibenak hingga saat tersalurkan ke dalam sebuah obyek, menghasilkan
sebuah karya indah, aneh, unik hingga membingungkan.
Dali bagi
saya memiliki semuanya. Paduan antara keindahan dan keajaiban yang
membingungkan namun asyik sekali dinikmati antara kenyataan dan
khayalan. Tak hanya saya yang dibuat penasaran ingin mengunjungi
teater-museum Dali, tapi anak sulung kami, Adam rupanya sudah mengincar
sejak rencana awal liburan musim dingin kami. Jadilah dari Barcelona
kami menuju Figueres, Spanyol. Hanya satu setengah jam atau sekitar 130
km. Kota ini juga dekat dari Perancis, dari kota saya Montpellier hanya
membutuhkan waktu sekitar dua jam. Herannya museum Dali dan kota
Figueres tak pernah tersirat untuk disinggahi, baru kali itulah kami
berkesempatan. Itu pun atas permintaan anak kami.
Teater museum
Dali diresmikan bulan September 1974. Teater museum Dali dibangun atas
keinginan si seniman surealis itu sendiri. Dimana di kota inilah seniman
berkumis unik yang membuatnya terkenal ke seluruh dunia berkat bulu
hitam berdiri melintang di mulutnya itu dilahirkan dan mengembuskan
napas terakhirnya.
Teater museum Dali menyajikan sebuah pengalaman
unik, memungkinkan kita untuk mengamati hidup dan menikmati hasil
karya dari pemikiran si jenius Salvador Dali. Seniman yang telah
dikaruniai darah seni sejak balita dan telah melakukan pameran di
usianya yang ke tiga belas tahun dengan mendapatkan pujian dari dua
kritikus tersohor, menyatakan mengenai teater museum hasil karyanya.
“Jelas
dunia lain itu ada, pasti, tapi seperti yang pernah saya katakan
berulang kali, dunia lain tersebut berada di dunia kita, mereka hidup di
bumi lebih tepatnya di tengah kubah Museum
Dali, di mana adanya dunia
baru tak terduga dan luar biasa, dunia surealisme.”
Pernyataan itu
membuat dirinya dianggap gila. Memang bila kita mendatangi tempat ini,
sulit menangkap sampai dimana titik akhir dari idenya akan tumpul.
Mengapa dinamakan teater museum? Karena memang dibangun di sebuah bekas
teater yang telah diabaikan akibat termakan api saat perang sipil
Spanyol tahun 1939. Adapun Dali merasa bangunan itu mewakili citra
dirinya.
Ini alasannya. “Pertama karena saya adalah pelukis amat
sangat teater (bersandiwara, berlebihan), kedua karena bangunan teater
ini terletak tepat di depan gereja tempat saya dibaptis dan ketiga
karena pertama kalinya saya melakukan pameran adalah di salah satu
ruangan teater ini saat usia saya tiga belas tahun."
Atusiasnya
begitu berapi saat hasratnya untuk menciptakan bangunan untuk menyimpan
hasil karyanya disetujui oleh pemerintahan setempat. Selama sepuluh
tahun, Dali bekerja, secara fisik dan akal mengumpulkan ide,
memperkerjakan kedua tangannya, menghasilkan seni dan merangkai bangunan
agar menjadi sebuah monumen spektakuler. Tak sia-sia, salah satu ide
gemilangnya yaitu bangunan dengan kubah ditengah ruangan yang
memungkinkan melihat langit, menjadi simbol kota Figueres.
Teater
museum Dali inilah yang membuat kota kecil itu begitu tersohor. Figueres
adalah Dali, begitu orang menyebutnya. Dan memang kesan itulah yang
langsung hinggap di hati dan mata. Sampai di Figueres, belum juga sempat
memakirkan mobil, sebuah bangunan besar dengan kubah kaca dan telur
raksasa berjejer di sepanjang dinding teater museum, menarik perhatian.
Ahhh itulah Dali, dirinya memang selalu ingin membuat mata dan mulut
manusia memperbicangkan dirinya.
Tak sabar ingin segera mendatangi
tempat tersimpannya maha karya seniman yang katanya berotak aneh ini,
tempat parkir terdekat segera kami pilih, tak peduli soal harga.
Wahhhhh, begitu mendekati museum, barisan antre segera terlihat panjang,
padahal saat itu akhir tahun dimana udara sangat mengigit akibat
anginnya yang kencang, hanya satu jam dari Barcelona tapi suhu cuaca
begitu berbeda. Kurang dari enam puluh menit kami mengantre, dengan
hasil kuping perih oleh terpaan angin beku, akhirnya berhasil
mendapatkan tiket masuk. Saya langsung kebagian press yang disambut
sangat ramah.
Pertama memasuki tempat itu, langsung perhatian kita
akan disentak dan dibuat penasaran oleh bagian tengah bangunan. Tentu
saja bagian yang terlihat dari setiap sisi karena melingkar itu, dapat
dimasuki. Di sinilah, imajinasi dari sang artis terbukti jika dirinya
memang seniman teater. Karena lebih mirip sebuah ruang sandiwara. Sebuah
kapal tertancap diketinggian, dari sebuah tiang roda mobil. Patung
wanita montok menyolok mata, dan sekeliling dinding dengan pohon rambat,
lubang-lubangnya dipenuhi oleh patung bugil wanita berwarna emas.
Berada di pusat ruangan ini, nikmatilah kubah kaca kreasi dari sang
maestro yang menjadi ciri khas kota Figueres.
Lalu mulailah
menikmati setiap lukisan hasil permainan kuas pelukis kelahiran tahun
1904 ini. Masa muda Dali terlihat sekali penuh dengan kemurnian pada
seni, imajinasinya bercabang lebat. Karya surealisnya mendapat sambutan
indah di kalangan pecinta seni, bahkan dirinya memukau masyarakat
Amerika. Goresan surealisme Dali, dianggap sesuatu yang baru dan
menyegarkan. Dali mendapat tempat di berbagai kalangan, bahkan Picasso
dan Miro turut mendukungnya.
Padahal seniman ini sempat mengalami
kesulitan diawal karirnya, meskipun memiliki otak cemerlang dalam
berkarya. Kebangkrutan sempat menerpanya, saat dirinya menikahi seorang
wanita yang merupakan istri dari gurunya surealismenya, Paul Eluard.
Skandal ini menyebabkan dirinya putus hubungan dengan keluarganya. Rasa
cinta Dali terhadap sang istri terlihat, dimana dirinya dan pasangannya
kerap menjadi model dalam permainan kuasnya. Hingga akhir napas Gala,
sang istri, Dali selalu berada di sisinya. Semenjak kepergian sang istri
tercintalah, banyak kalangan kritikus yang menyatakan Dali tak lagi
sama. Dirinya lebih senang menjadi badut panggung.
Apa pun
pendapat dari para kalangan seni, saya menikmati sekali, perubahan dari
masa ke masa kreasi artistiknya. Pria yang menyatakan tak pernah
menggunakan obat candu karena dirinya adalah si candu, menciptakan seni
tiga dimensi. Harus bersabar untuk melihat apa maksud dari tiga dimensi
itu. Karena, saat memasuki ruangan gelap tersebut yang terlihat adalah
pajangan dari sebuah rambut pirang dan hidung raksasa, kursi merah
berbentuk bibir, dua lukisan. Semua hanya berupa potongan, dan terlihat
bagaikan pameran tersendiri. Baru setelah sabar mengantre dan menaiki
tangga, dengan kaca pembesar inilah kita bisa menikmati 'Mae West' tiga
dimensinya. Sebuah wajah wanita, karya ini mengambil ide dari artis
Amerika, Mary Jane West, yang menjadi seks simbol di tahun 1920-1940.
Sejak
tahun 1930-an pelukis yang juga terkenal sebagai perancang perhiasan,
pemahat patung dan juga fotografi, memang senang bermain dengan mata
jeniusnya. Menciptakan sebuah gambar dari beberapa benda nyata menjadi
hasil karya imajinasi antara nyata dan khayalan.
Di teater museum
Dali, karya dari seniman lainnya bisa dinikmati juga, cukup menarik dan
membuat kita sedikit bernapas dari sesaknya ide gemilang si matador. Di
museum Dali ini, pengunjung bebas memainkan kameranya, mengabadikannya
sebagai kenangan. Karena memang pria yang hidup hingga usia 85 tahun itu
sangat senang dirinya menjadi pusat perhatian. Baginya sebuah seni
haruslah dinikmati dengan kebebasan dan kebahagiaan. Hanya memang,
tingkahnya yang berlebihan yang kerap menimbulkan kritik negatif
padanya.
Namun seperti yang dikatakan Salvador Dali, "Seorang
seniman sejati bukanlah orang yang terinspirasi, melainkan seseorang
yang mengilhami orang lain."
Mengenai dirinya yang ucapkali
dinyatakan gila, seniman yang juga mahir dalam menulis puisi itu
berkata, “Perbedaan antara saya dan seorang penyakitan adalah, jika saya
ini tidak gila”.
Itulah Dali. Otak jeniusnya yang dipenuhi dengan
ide tak terbatas membuat dirinya memang terlihat unik. Namun Dali
mengaku dialah si artis dari hasil karyanya. Maka ambil lah dirinya jika
Anda ingin terbius karena dia adalah obat bius yang memberikan
halusinasi.
sumber: http://travel.kompas.com/read/2012/01/30/20164860/Seniman.Salvador.Dali..Gila.atau.Jenius
0 komentar: