Lukisan 'Legenda Raja Denmark & Babi' di Kediri hebohkan dunia

Antusias warga Kota Kediri pada tahun 2006 lalu saat melawan Denmark yang melecehkan Nabi Muhammad lewat kartun, tidak hanya diliput oleh media lokal dan nasional tapi juga internasional terutama media online di kala itu. Itu terjadi setelah warga berhasil melaksanakan lomba menggambar dan mewarnai dengan tema 'Legenda Raja-Raja Denmark dan Babi' yang diselenggarakan Radio Komunitas Radio Pendidikan Keluarga (Radikal FM) Kota Kediri Minggu, 5 November 2006 lalu.
Panitia melanjutkan memamerkan hasil karya pelajar dan masyarakat umum yang menjadi peserta lomba di halaman Gedung Nasional Indonesia (GNI) Kota Kediri.
Media internasional yang menulis gerakan perlawanan warga Kota Kediri yang dimotori Radio Pendidikan Keluarga (Radikal FM) di bawah naungan Yayasaan Lembaga Pemberdayaan Umat Ansorullah (YLPUA ) antara lain, reuters.com, rawstory.com, news.yahoo.com, mtsmondo.com, stamfortoday.co.uk, sparnord.dk, kirkstalltoday.co.uk,politiken.dk, internazionale.it dan juga blog - danmark.wordpress.com
"Setelah lomba kala itu kita melaksanakan aksi lanjutan memamerkan karya-karya mereka yang peduli terhadap gerakan kita yakni menyadarkan bangsa barat atas tindakan mereka yang keliru. Media nasional dan internasional menulis, dan membawa reaksi bahwa kita bisa melawan dan tidak diam," kata Agus Sunyoto penanggung jawab acara kala itu pada merdeka.com, Jumat (13/3).
Salah satu bentuk kepedulian itu menurut Agus yang kini wakil ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) PBNU itu adalah keikutsertaan umat non muslim atas tindakan sekelompok orang Denmark yang mengartunkan Nabi Muhammad.
Dicontohkan Agus kala itu Halim Wiranata adalah siswa SDK Santo Yoseph Malang, salah satu peserta non muslim menyajikan lukisan berjudul 'King Circus of Copenhagen'.
Halim menjadi perhatian para peserta lain dan dewan juri bukan karena dia salah satu peserta non muslim, namun juga karena tangan-tangan cekatan Halim saat menggoreskan pensil dan crayon warna-warni di atas kertas putih berukuran poster begitu indah.

Pada perlombaan tersebut Halim menggambar sosok Raja Denmark berwajah babi sedang menduduki singgasana kerajaan sirkus yang dilengkapi dengan bendera Denmark.
"Saya tahu bendera Denmark ini dari atlas. Layaknya raja-raja di Eropa zaman dulu, maka wajah babi ini saya beri kumis dan jambang," ujar Halim polos, kala itu.
Tak mau kalah dengan sang kakak, Tifania Wiranata siswa SDK Santa Maria Kediri, juga melukis Ratu Denmark dengan judul 'King Of Denmark' yang menggambar Ratu Denmark berwajah babi lengkap dengan atribut-atribut kerajaan.
Namun lukisan pensil dan crayon karya Tifania ini lebih menggelitik karena Ratu Denmark yang digambarnya itu dilengkapi dengan tetek bayi. Botol berisi susu bayi dituangkan pada lubang telinga kiri raja, sementara lubang telinga kanan ditutup dengan biskuit.
"Telinga kanan ini ditutup dengan biskuit, supaya susunya tidak tumpah," ungkapnya lugu. Sementara di bawah singgasana, terdapat seekor katak menjulurkan lidah di ujung jari kaki sang ratu yang menurut pelukisnya digambarkan sebagai ekspresi ejekan.
Beginilah imajinasi yang dikembangkan dua anak non muslim dari sejumlah peserta lomba yang mengikuti gerakan protes kala itu. Yoseph Mujianto orang tua Halim dan Tifania, mengaku tidak memberikan arahan tertentu pada sang anak dalam mengikuti lomba tersebut.
"Sebelumnya kami hanya memberikan gambaran mengenai tema lomba ini, seterusnya imajinasi anak sendiri yang berkembang sehingga menjadikan lukisan seperti tadi," ujarnya.
Demikian pula keikutsertaan Halim dan Tifania, menurut dia, sebagai bentuk keprihatinan seorang warga Indonesia atas pelecehan yang dilakukan sekelompok orang di Denmark terhadap agama tertentu.
"Sebetulnya apa yang diajarkan agama itu tidak ada yang salah. Tapi mengapa masih saja ada orang yang melecehkan simbol-simbol agama tertentu," kata Yoseph.
Sebagai bentuk keprihatinan itu, dia mengajak kedua anaknya untuk memberikan pelajaran kepada pemerintah Denmark agar lebih menghargai pemeluk agama lainnya termasuk simbol-simbol yang disakralkan.
Menurut Agus Sunyoto selain bertujuan menyadarkan bangsa-bangsa yang menghina Islam juga mempunyai tujuan memberikan pendidikan kepada seluruh anak di Indonesia terkait doktrin berpikir masyarakat Eropa.
"Sebetulnya teori Darwin itu mengilmiahkan nenek moyang mereka berupa hewan. Sedang lomba ini sebagai upaya memisualisasikan teori mereka dalam bentuk lukisan, hanya kebetulan kejadiannya di Denmark yang nenek moyangnya berasal dari binatang babi," ujar penulis sejumlah buku sejarah dan sastra itu.
Seperti sebelumnya, menurut laporan BBC, Asosiasi Guru Agama di Denmark ingin memasukkan kartun Nabi Muhammad SAW ke dalam buku teks sekolah. Hal ini kembali membuat umat Islam meradang.
sumber:
0 komentar: