BIOGRAFI: HERRY SOEDJARWANTO

I

BIODATA

HERRI SOEDJARWANTO

־         Sejak remaja Herri sudah serius melukis. Pada usia 18 th karya komiknya dengan naskah Asmaraman S Kho Ping Hoo diterbitkan ( 1976 – 77 )
־         Pada umur 20 th, karya lukis kolosalnya ( 2, 5 x 1, 5 m ) sudah terpajang di Istana Negara Jakarta.
־         Karyanya masuk nominasi : “ INDONESIAN ART AWARDS 1999 “ yang diadakan Yayasan Seni Rupa Indonesia dengan sponsor PHILIP MORRIS.
־   Ada karyanya yang dimuat di dalam buku-buku yang diedarkan ke seluruh dunia.
 Lukisan yang berjudul "The Newly Wed Ari Putra and Hellena" ("Tatapan Cinta" ) dimuat dalam buku "BALI INSPIRES, MASTERPIECES OF INDONESIAN ART" ( tahun 2011) yang ditulis oleh JEAN COUTEAU (Perancis). 
Satu karyanya yang lain dimuat dalam buku:“Treasures of Bali, a Guide to Museums in Bali” terbitan 'Gateway Books International' berkolaborasi dengan 'Museums Association of Bali'. ( th 2006 )
־         Belajar melukis pada Dullah dan S. Soedjojono. Sebelum itu ( 1976 ) di HBS (Himpunan Budaya Surakarta ), pada Soemitro Hendronoto ( kakak Sapto Hudoyo)

1978 - 1983  aktif di "SANGGAR PEJENG" BALI, asuhan Dullah.
Raja Realisme Indonesia itu menunjuk Herri sebagai asisten untuk mengajar dan pembimbing Teknis melukis di studio maupun alam terbuka.
-     Lebih 60 pameran di berbagai kota besar dan di luar negri telah diikuti antara lain:
Pameran karya para Finalis Kompetisi Seni Lukis Tingkat Nasional ‘ 99 :
 “ A STROKE OF GENIUS “ PHILIP MORRIS.
Pameran-pameran bersama di Jakarta, Bali, Jogja, Bandung, Solo, Semarang, Penang Malaysia.dll.


Tiga pameran terakhir :
1)- Nopember 2009, Herri diundang Museum di Bali, untuk turut pameran “The Spirit of Balinese Art” bersama Srihadi Sudarsono, Nyoman Gunarsa, Made Wianta, Made Jirna, Ida Bagus Indra, Nyoman Erawan dll, Pameran berlangsung di InterContinental Bali Resort, Jimbaran..
2)- Pameran Seni Rupa "Ratu Kidul dan Dunia Mitos Kita" 
di Balai Soedjatmoko ( Bentara Budaya-nya Solo) tgl 24-30 April 2010,
( Pameran dikuti pelukis senior yang cukup ternama seperti Djoko Pekik, Ivan Sagito, Nasirun, I Gusti Nengah Nurata, Suatmadji dan lain-lain.)
3)-Bali Inspires : Art Exhibition : Inspiration from Bali to the World.  di Museum Rudana , Bali. 21-Mei-2011. 


-      Karyanya dikoleksi antara lain : Istana Negara, Museum Purna Bhakti Pertiwi, Jakarta. Wisma Lukisan TMII. Museum Dullah Solo, Museum Rudana, Bali.. Para tokoh, pejabat, kolektor dalam dan luar negeri, Gallery, dll.
-      Herri Soedjarwanto melukis dalam corak Realis Naturalis sampai ke impresif. Dia melukis berbagai tema. Dari tema umum yang bersahaja, sampai tema serius yang rumit dan berat. Dari keindahan alam, bunga, manusia yang menawarkan kesegaran, sampai problem sosial kemanusiaan, yang membuat dahi berkerut. Dia garap berbagai tema itu dengan berbagai media dan berbagai teknik lukis. Hal itu dimungkinkan karena penguasaan teknik lukis yang cukup lengkap, dan semangat bereksplorasi menjelejah wilayah baru.
-   

II
SECUIL  LATAR BELAKANG KEHIDUPAN
YANG BERPENGARUH PADA  SENI LUKIS
            Terlahir di sebuah desa kecil di Jombang, 25 Oktober 1958. Bayi umur 2 bulan pindah dan tinggal di sebuah kampung kumuh di Solo. Sejak umur 10 th harus pisah jauh dari orang tua, ngenger pada famili  di Kalimantan, layaknya buruh atau tukang kebun yang mengurus kebon cengkih seluas 2 hektar di desa, agar bisa bersekolah.
            Selepas SMA (1976) kembali ke Solo, bergabung dengan HBS ( Himpunan Budaya Surakarta). Sempat menjadi buruh kasar, sempat bikin komik bareng Asmaraman S Kho Ping Hoo ( penulis naskah ), sebelum akhirnya total melukis untuk menopang ekonomi keluarga yang amburadul. Sejak usia remaja sudah menjadi tulang punggung keluarga dan terus menjalani hidup sebagai pelukis sampai sekarang.
            1977 akhir, berangkat ke Bali, bergabung dan tinggal bersama Dullah di Pejeng, sebuah desa tua yang masih asli, cukup ‘lugu’. ( dibandingkan dengan Ubud, bagaikan bumi - langit ).
           
*Begitulah , sebagian besar masa mudanya dijalani di desa-desa kecil atau di kampung kumuh di kota.  Banyak berhubungan dengan alam , manusia desa yang masih asli, lugu, orang-orang kalah dari kelas tertindas. Inilah faktor utama yang kemudian berpengaruh besar pada  karya lukisnya. Itu semua adalah obyek-obyek yang sangat diakrabinya.*

III
SECUIL  CATATAN  BIOGRAFI

 HERRI SOEDJARWANTO

LATAR BELAKANG SENI LUKIS

Sejak di TK sudah aktif menggambar dengan intensitas tinggi. Umur 18 th karya komiknya diterbitkan, dengan penulis naskah Asmaraman S Kho Ping Hoo.
 Pertama kali serius melukis klas II SMA, dibimbing Heru Wuryanto muridnya Fajar Sidik.
Corak lukisan Herri saat itu Abstrak, kemudian bergeser ke Ekspresionisme.
Berobah lagi menjadi Impresionisme sewaktu di HBS Solo, dibimbing Sumitro, kakaknya Sapto Hudoyo.
Kemudian berobah menjadi Realisme dibawah asuhan Dullah.
Berbarengan dengan itu, pada tahun-tahun terakhir bersama Dullah, “masuk”lah S.Sudjojono dalam kehidupan Herri. Ia memberikan pengisian mengenai visi, misi dan sikap mental kesenimanan.
Selanjutnya Herri belajar sendiri secara otodidak, dari buku, diskusi , dialog dsb.---
Kemudian dengan semua bekal tersebut, dia mulai ber- explorasi, berusaha menjelajah segala macam kemungkinan kreatif.
Suatu kali Herri baru menyadari bahwa tanggal lahirnya sama dengan Pablo Picasso, 25 Oktober. Sejak itu agak lebih mudah bagi Herri untuk memahami kegelisahan, gejolak batin yang tak pernah puas, keliaran diatas kanvas yang selalu ingin berobah--- dst..dst. yang kesemuanya itu dialami juga oleh Picasso, pelukis besar yang dikenal selalu berobah, melukis dalam berbagai macam corak  sepanjang hidupnya. Hingga memiliki banyak jati diri. 
IV

CATATAN  PENTING SEMASA  

BERSAMA  DULLAH di BALI

1- Lukisan untuk  ISTANA NEGARA
Desember1977- bergabung masuk Sanggar Pejeng, dibawah asuhan Dullah.
Sekitar akhir tahun 1978, awal 1979- masa persiapan sanggar untuk pameran di Jakarta. Dullah melukis Bung Karno dalam komposisi besar “Rapat Ikada”. Pihak Istana meminta dibuat juga lukisan besar tentang Pak Harto, sebagai pendamping. Karena sudah tak ada waktu lagi, Dullah bermaksud melimpahkan tugas besar dan berat tersebut kepada salah satu muridnya.
*Proyek pembuatan lukisan tersebut diincar oleh seluruh murid Dullah  tanpa kecuali, baik yang senior ( yang sudah 9 tahun ikut Dullah ) maupun yang baru belajar setahun seperti Herri ( saat itu dia murid yang termuda). Lukisan ini “diperebutkan” karena dua alasan  kuat :
*Pertama : Lukisan ini hampir pasti akan dibeli oleh pihak Istana Negara. Akan   menjadi    koleksi dan terpajang di Istana Negara.
**Kedua  : Yang sudah pasti adalah : Siapapun yang terpilih untuk menggarap  lukisan  tersebut, pasti dianggap murid terbaik Dullah.!
Logikanya, untuk membuat lukisan realisme pada tingkat kesulitan paling tinggi ( lukisan kolosal ) yang obyeknya tokoh tertinggi negara, seorang Presiden ,  Dullah pastilah memilih muridnya yang paling kuat dan paling mampu secara teknis. Dengan kata lain : orang yang paling jago dalam Realisme Pejeng, setelah Dullah.!…Ini semacam upacara penobatan.!
  Tentu saja semua ingin meraih “gelar prestisius” tersebut.
    Dari semua ide, sketsa disain / konsep yang masuk , Dullah memilih dan memutuskan : konsep / sketsa Herri adalah yang paling layak dan dia berhak menggarap lukisan tersebut.
Dalam Pameran Besar Sanggar Pejeng di Jakarta 1979, lukisan ini menjadi satu-satunya yang dibeli oleh pihak Istana Negara. ( Ukuran 2,5 x1,5 mtr, kolosal dengan komposisi 17 figur, Pak Harto sebagai center point ).
**Satu catatan penting tersendiri bagi Herri  umur 20 th. Baru belajar 1 (satu ) tahun pada Dullah. Tapi lukisannya sudah terpajang di Istana Negara, dengan dikuratori  langsung oleh Dullah sendiri, setelah dia memilih dari puluhan muridnya, yang beberapa diantaranya bahkan sudah 9 tahun lebih belajar pada Dullah.**
                *Setelah itu, meskipun Herri tercatat sebagai murid yang termuda., Dullah menunjuk Herri sebagai asistennya dengan tugas: membimbing dan mengajar pelukis sanggar Pejeng lainnya, dalam hal tehnik melukis  di studio ( model, alam benda ) maupun melukis di alam terbuka ( tafril, landscape ).*
.

2—Perbedaan Prinsip.

Perbedaan mendasar antara Herri dengan teman-teman lain di Pejeng adalah mereka (termasuk yang paling senior sekalipun), mempelajari tekhnik Dullah dengan tujuan akhir mencapai seni lukis Dullah!! Sedangkan Herri mempelajari tekhnik Dullah, bukan untuk mencapai seni lukis Dullah, tapi untuk bekal  menemukan seni lukisnya sendiri.
Perwujudannya dalam karya tampak jelas berbeda sekali. Ketika masih sama-sama di Sanggar Pejeng saja (1978-1983), selagi murid-murid yang lain asyik melukis bunga, jambu, wajah kakek nenek, gadis, bocah, penari Bali (semua setengah badan), tafril kampung, sawah, dan di seputar objek-objek itu saja, ( yang sejatinya adalah obyek senilukis Dullah) kanvas Herri sudah dipenuhi thema realisme social. Dengan komposisi “rumit” naratif yang tentu saja nyempal dari tema “tradisional” khas Dullah  tersebut  Ringkasnya, ketika yang lain cari gampangnya saja dalam melukis,  Herri justru  melukis  obyek dan thema realism social yang ‘sulit’, rumit, serius dan berat.
Ketika suatu saat Herri bertemu dengan S.Soedjojono (Bapak Seni lukis Modern Indonesia) untuk menunjukkan karya-karyanya, Soedjojono berkomentar  penuh makna :” … Kamu ini lho… hidup dan tinggal di Bali… tapi kok tidak melukis obyek  Bali.. seperti pelukis lainnya ,..misal  tari Bali, Odalan dsb…”.  
“Lho ..pak..ini saya juga melukis obyek Bali…lho. Tapi memang bukan dari sisi Realita Turisme Bali, melainkan dari sisi Realita Kehidupan Sehari-hari  Rakyat Jelata Bali…!. “ jawab Herri yang disambut tawa Sudjojono :
”..Bagus..bagus..!..Sudah betul itu.. Kamu sudah kuasai tehnik realism, kamu sudah punya karakter dan jati diri . segera saja keluar dari sanggar. Sebab kalau terlalu lama di sana saya khawatir kamu nanti malah jadi seperti Dullah".., dan  tinggal satu lagi : kamu harus berpihak..pesan saya : Berpihaklah pada Rakyat Kecil..!! disitulah sumber kekuatanmu..
V

PASCA SANGGAR PEJENG

Karena perbedaan prinsip yang tak bisa dipertemukan lagi, Herri meninggalkan Dullah dan Sanggar Pejeng yang sedikit banyak ia ikut andil membesarkannya. Sebelumnya beberapa kali bertemu S.Sudjojono, sekarang menjadi lebih sering lagi.Herri banyak termotivasi untuk mengembangkan Seni Lukisnyadengan visi dan misi yang jelas. Terus melukis thema “sulit”, serius. dan berat. Herri yakin akan maju pesat meninggalkan teman2 Pejeng jauh di belakang. Karena sesuai fakta  tak ada yang mampu melampaui tingkatan / tahapan yang telah dicapainya dalam Realisme… Tapi apakah idealisme ini berjalan sesuai kenyataan di lapangan?
1-- Benturan Kenyataan Dan Pergolakan Batin
 Sayangnya karya2 serius ini kurang mendapat perhatian. Kebanyakan kolektor dan Galeri ( waktu itu ) cuma  mencari  lukisan “gampang” ringan dan manis-manis saja, thema2 khas Dullah. Kalau toh ada yang berminat, peng-“Harga”-annya tidak sepadan. Mosok karya “serius” yang dibuat selama 1s/d 2 bulan diberi harga = Harga karya “Gampang” ( yang semua orangpun bisa ), yang dibuat cuma dalam 9 s/d 14 hari. Baru dari segi Waktu saja sudah tidak klop. Belum lagi nilai idenya, factor kendala teknis yang jauh lebih tinggi, lebih sulit, dsb. Itulah kenyataan riil di dunia lukis yang harus bisa Herri terima.
Dalam kondisi di bawah garis kemiskinan, masalah-masalah riil harus diatasi dengan jual lukisan. Posisi tawar rendah, tak ada yang mem-back up, tak mungkin bisa dipertahankan, lukisan menguap tak sempat terkumpul untuk pameran. Lama-kelamaan lelah juga melukis yang berat-berat dan serius , tak ada sirkulasi  aliran dana , pilih melukis yang ‘gampang dan biasa-biasa’ saja. Kerjanya lebih ringan, dalam waktu sama hasilnya bisa 2 sampai 3 kali lipat …Bagaimana dengan idealisme Herri selama ini? Nanti saja belakangan, kalau jurang kemiskinan ini sudah tertutup! Ya, Herri harus belajar menerima kenyataan pahit ini.
Batin Herri seolah menangis, merasa tersia-sia. Ibaratnya, percuma sekolah tinggi-tinggi, sampai mencapai S3, ternyata yang terpakai Cuma ijazah SMP! Herri hanya bisa berdoa dan berharap semoga suatu saat ada orang datang dengan pesanan yang spektakuler, semisal Rembrant dengan “Nightwatch”nya, atau Raden Saleh dengan”Penangkapan Diponegoro” dsb. Agar tak sia-sia ketinggian ilmu realismenya
Yah..setelah mengalami sendiri Herri jadi mengerti , kenapa Dullah, Basuki Abdullah hanya utak-utik melukis dari itu ke itu saja, tak pernah membuat karya spektakuler kolosal seperti master dunia, Rembrandt atau Rubens  misalnya ? Padahal secara tekhnis,..sangat yakin mereka mampu
2- Perkembangan Terakhir
Setelah melalui proses panjang, melukis dalam berbagai corak, bereksperimen dengan berbagai media dan tekhnik, maka jawaban dari segala masalah kreatif Herri muncul secara alamiah , walaupun  belum sesuai benar dengan harapannya. Beberapa tahun terakhir ini kanvas-kanvas Herri menampilkan 3 macam karakter lukisan berbeda-beda sekaligus, yaitu :
1.      Realisme, Naturalisme, impresif, tema umum, artistic, ceria tanpa problem.
2.      Realis ekspresif penuh sabetan kuas spontan, untuk melepaskan diri dari ketegangan dalam realisme yang ketat rambu-rambu teknis. Obyeknya kebanyakan bergerak, misalnya tari-tarian dsb.  Mix media
3.      Realisme social, berfungsi mengekspresikan pikiran dan perasaan Herri terhadap masalah social yang berat sarat problem. Mix media, dominan arang. ( salah satunya pernah masuk Finalis  PHILLIP MORRIS, diikutkan dalam pameran “Stroke Of  Genius” )
 *Demikian secuil catatan, sekadar pendahuluan pembicaraan yang (mungkin) lebih panjang lagi. Setidaknya sebagai perkenalan, Semoga ini bisa menjadi pertimbangan lebih lanjut.*


HERRI SOEDJARWANTO 
( ringkasan biodata )
25 – 10 – 1958 , Lahir  : Jombang (Jawa Timur ).
Usia 2-3 bulan dibawa orang tuanya pindah dan bermukim di kota Solo.
1962 – TK. Pusaka , Surakarta.
1963 - Masuk SDN 56 Bromantakan, Surakarta.
1969 - SD klas 6, Kwartal ke III pindah / merantau , ikut pamannya ke Kalimantan.
-Pindah ke SD. Gotong Royong, Guntung Payung, Banjarbaru, Kalimantan Selatan.
1969 - akhir tahun Lulus dari  SD. Guntung Payung ,Banjarbaru.
1972 - Lulus SMPN Banjarbaru.
1974 - Juara I melukis tingkat SMA se Kalimantan Selatan. Lukisan dikirim ke Jakarta.
1974 – 1975 --Satu-satunya pelajar yang sering  mengikuti pameran lukisan keliling kota-kota di Kal-Sel. bersama  para pelukis senior / professional  Kal-Sel.
01 – 12 – 1975 – Lulus SMAN Banjarbaru.
1976 – Pulang ke Solo, kerja kasar sebentar, sebelum akhirnya mendapat kesempatan membuat komik  bekerja sama dengan Asmaraman S. Kho Ping Hoo sebagai penulis naskahnya. (1976-77)
 1976 - itu juga, masuk sanggar HBS ( Himpunan Budaya Surakarta) , diasuh Sumitro Hendronoto (kakak dari Sapto Hudoyo )
1977 akhir -  bergabung masuk Sanggar Pejeng , Bali, dibawah asuhan Dullah.
1978 – Pameran bersama di Istana Negara ( Gedung Agung ) Jogja.
1979 – Herri dipilih oleh Dullah untuk menggarap lukisan besar kolosal “ Pak Harto sedang menyiapkan Gerilya…“.    
1979 – Pameran 400 lukisan Realistik Sanggar Pejeng , di Jakarta.
 1979 - Herri resmi diangkat sebagai Asisten Dullah dengan tugas  mengajar / membimbing tehnik melukis di studio dan di alam terbuka.
1980 – Lukisan karya Herri : “ Pak Harto Menyiapkan Gerilya di desa Patuk , untuk  SU 1-Maret” , dikoleksi dan dipajang di Istana Negara RI, Jakarta.
1985 – Diundang Pameran Seni  Budaya Islam di Purna Budaya ( UGM ) Jogja.(Pameran bersama: Affandi, Widayat, Amri Yahya, Amang Rachman, AD Pirous, Fajar Sidik, Ahmad Sadali, Hatta Hambali dan lain-lain).
1988 – Diundang Pameran di ITB Bandung . “Pameran Pelukis Muda Indonesia 1988”
1999 – Karyanya : “Tinggal Landas Tinggal Amblas” masuk finalis : “ INDONESIAN ART AWARDS 1999 “ yang diadakan Yayasan Seni Rupa Indonesia dengan sponsor PHILIP MORRIS. Kemudian dipamerkan bersama  karya para Finalis Kompetisi Seni Lukis Tingkat Nasional ‘ 99 : dalam pameran bertajuk “ A STROKE OF GENIUS “ sponsor PHILIP MORRIS.
2006 – Sebuah karyanya  dimuat dalam buku “Treasures of Bali, a Guide to museum in Bali” terbitan Gateway Book International (2006).
2009diundang Museum di  Bali, untuk turut pameran “The Spirit of Balinese Art” bersama Srihadi Sudarsono, Nyoman Gunarsa, Made Wianta, Made Jirna, Ida Bagus Indra, Nyoman Erawan dll, Pameran berlangsung di InterContinental Bali Resort, Jimbaran..

2010 -  Herri diundang untuk mengajar di Fakultas Seni Rupa ISI Surakarta , Jurusan Seni Murni dengan status sebagai “Dosen Luar Biasa”.
2010 - Pameran Seni Rupa "Ratu Kidul dan Dunia Mitos Kita" di Balai Soedjatmoko ( Bentara Budaya-nya Solo) (Pameran dikuti pelukis senior yang cukup ternama seperti Djoko Pekik, Ivan Sagito, Nasirun, I Gusti Nengah Nurata, Suatmadji dan lain-lain.)
2010 – Dipercaya menggarap lukisan ikon Jawa Timur untuk Gedung Negara Grahadi , Surabaya.
2011 – Pameran “Bali Inspires : Art Exhibition : Inspiration from Bali to the World”.  di Museum Rudana , Bali. 21-Mei- 21 Juni 2011-, dalam rangka peluncuran buku ““ Bali Inspires, Masterpieces of Indonesian Arts”
2011 - Sebuah karyanya dimuat dalam buku: “ Bali Inspires, Masterpieces of Indonesian Arts” karya Jean Couteau (Perancis) – diluncurkan 21-Mei 2011, dan diedarkan ke seluruh dunia.
Catatan Pameran: dari tahun 1976, sudah tak terhitung lagi pameran di berbagai kota besar yang telah diikuti.
 Karyanya dikoleksi antara lain : Istana Negara, Museum Purna Bhakti Pertiwi, Jakarta.Graha Lukisan TMII, Jakarta.. Museum Dullah Solo, Museum Rudana, Bali.. Para tokoh, pejabat, kolektor dalam dan luar negeri, Gallery, dll.

1 komentar:

  1. Update info terbaru tentang Herri : Awal tahun 2015, lukisan Herri Soedjarwanto "Pak Harto si Anak Desa", terpilih menjadi cover buku ilmiah internasional yang diterbitkan di Inggris. Buku : "Illiberal Democracy in Indonesia.." ditulis oleh Prof. David Bourchier dari Australia (UWA) .. diterbitkan oleh penerbit legendaris Routledge Inggris

    Routledge didirikan tahun 1836, adalah penerbit dunia untuk buku-buku akademik, yang menjadi sumber kajian ilmiah masalah sosial dan kemanusiaan. Routledge telah mempublish banyak pemikir-pemikir terbesar dunia dalam ratusan tahun terakhir ini, termasuk: Einstein, Russel, Jung, Sartre dan banyak lagi lainnya. Rupanya itulah yang membuat harga buku ini mahal ...sekitar Rp 2 jutaan ...
    (baca selengkapnya di..) http://herri-solo.blogspot.co.id/2015/07/lukisan-herri-cover-buku-ilmiah.html
    Tks ... salam kenal...

    BalasHapus

Copyright © 2013 WORLD OF ARTS NO LIMITS.